CONTOH PROPOSAL SKRIPSI 1


IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN IMPROVE (Introducing The New Concept, Metakognitive Questioning, Practicing, Reviewing And Reducing Difficulties, Obtaining Mastery, Verification And Enrichment) DENGAN METODE RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MERENCANAKAN INSTALASI LISTRIK PENERANGAN BANGUNAN SEDERHANAN DI SMKN 3 SURABAYA

Oleh: 
                                                                     Nama    : Hodri
               Nim       : 12050515234 




UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO 
2015
__________________________________________________




KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulisnya akhirnya dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Improve (Introducing The New Concept, Metakognitive Questioning, Practicing, Reviewing And Reducing Difficulties, Obtaining Mastery, Verification And Enrichment) Dengan Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Merancang Instalasi Listrik Penerangan Bangunan Sederhanan di SMKN 3 Surabaya”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa membawa manusia dari gelap gulita menuju terang benderang.
Dalam menyusun proposal skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga maupun pemikiran. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada.
  1. Prof. Dr. Ismed Basuki selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi sehingga proposal skripsi dapat terselesaikan.
  2. Teman-teman TTL 2012 yang telah meluangkan waktunya untuk sharing terkait penyusunan proposal skripsi. 
Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan pada penulis mendapatkan imbalan dari Allah SWT, amin. Penulis menyadari proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik atau saran konstruktif demi terciptanya penyempurnaan proposal skripsi ini. 
                                                                 Surabaya, 24 Mei 2015
                                                                  Penulis



                                                                  HODRI
                                                        NIM: 12050514234
______________________________________________

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahun adalah suatu sistem yang berasal dari berbagai pengetahun yang diperoleh dari suatu gejala yang diperiksa, diteliti, dan dianalisis secara teliti dengan menggunakan metode-metode tertentu sehingga didapatkan suatu jawaban mengenai gejala yang bersangkutan. Ilmu pengetahuan memegang peranan penting dalam kesejahteraan hidup umat manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk bisa memahami, mengerti, dan mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga manusia tidak terjebak pada dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Peningkatan sumber daya manusia dapat meningkatkan pengetahuan dan taraf kehidupan suatu bangsa, apabila sumber daya tersebut digunakan sebaik mungkin dan semaksimal mungkin. Untuk meningkatkan sumber daya manusia membutuhkan suatu proses yang sering disebut pendidikan.
Pendidikan adalah proses untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri setiap individu. Dalam UU tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia yaitu dengan meningkatkan mutu pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pengelola pendidikan salah satunya dengan menyempurnakan proses pendidikan yang nantinya akan menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Proses pendidikan adalah kegiatan ketika berlangsungnya proses belajar mengajar baik yang dilakukan didalam kelas atau pun yang diluar kelas, formal ataupun non formal. pemeran utama yang sangat dibutuhkan dalam proses belajara mengajar adalah guru.
Guru adalah adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam pencapaian misi penyempurnaan proses pembelajaran. Guru menjadi pengarah, pembimbing, dan pengatur untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Pandangan dan pemahaman guru terhadap model, metode, dan strategi pembelajaran sangat mempengaruhi peranan dan aktivitas siswa dalam pembelajara, salah satu contohnya adalah keaktifan siswa dalam kelas. Keaktifan siswa itu akan mempengaruhi hasil belajarnya. Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan membuat dirinya lebih kreatif sehingga akan lebih mudah memecahkan masalah. Aktivitas siswa dalam pembelajaran sangat banyak meliputi aktivitas jasmani dan rohani. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi. Keaktifan siswa akan muncul bila guru memberikan kepada siswa agar mau mengembangkan pola pikirnya, mau mengemukakan ide-ide dan lain-lain.
Pemahaman guru terhadap model, metode, dan strategi pembelajaran juga berpengaruh terhadap aktivitas guru dalam mengajar. mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif akan berbeda jika menggunakan model pembelajran langsung. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran dibutuhkan pemahaman tentang model, metode dan strategi yang harus digunakan oleh seorang guru terkait dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Nur (2011: 7) memaparkan bahwa model pengajaran adalah suatu pendekatan pembelajaran tertentu yang meliputi tujuan, langkah-langkah (sintaks), lingkungan, dan sistem pengelolaan. Metode adalah cara dan rencana untuk melakukan sesuatu yang sifatnya masih teoretik. Metode tidak memiliki sintaks atau alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Strategi adalah penjabaran dari metode.
Model pembelajaran yang sering dijumpai di sekolah-sekolah adalah model pembelajaran kovensional dan model pembelajaran langsung. Alasan menggunakan model tersebut adalah karena simple tidak membutuhkan alat dan bahan praktik, guru cukup menggunakan modul sebagai media pembelajaran. Model pembelajaran konvensional dan langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered), sehingga menyebabkan siswa kurang aktif atau pasif. Misalnya ketika guru menawarkan pertanyaan, siswa hanya diam, tidak tahu apakah diamnya berarti paham atau memang tidak paham atau takut bertanya dan kalaupun ada yang bertanya biasanya yang bertanya satu dua orang siswa yang sudah aktif sebelum – sebelumnya. Selain itu, pembelajaran dengan berpusat pada guru (teacher-centered), ini akan membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap anak didik yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran produktif yang ada di SMK listrik khususnya mata pelajaran instalasi listrik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang mahasiswa unesa yang pernah melakukan penelitian di SMKN 3 Surabaya menyatakan bahwa model pembelajaran yang diterapkan oleh guru – guru yang ada di SMKN 3 Surabaya adalah model pembelajaran langsung (MPL).
Berdasarkan hasil penelitian Nurhidayati (2010), tentang “Implementasi improving learning dengan metode drill dan resitasi untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa di SMKN 2 Sragen” diperoleh bahwa (1) dapat meningkatan keaktifan belajar siswa hal itu dapat dilihat dari hasil tindakan yaitu a) keaktifan bertanya mencapai 41.18%, b) keaktifan menjawab pertanyaan mencapai 52.94%, c) mengerjakan soal di depan kelas mencapai 23.53 %, d) mengerjakan soal-soal latihan mencapai 88.23 %. (2) dapat meningkatan prestasi belajar siswa dengan daya serap dalam tiap siklus yaitu pada siklus I adalah 66.18%, pada siklus II adalah 76.91%, dan pada siklus III adalah 78.82%.. Sedangkan hasil penelitian Dewi Yuningsih (2010), tentang “Penerapan metode pembelajaran improve untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK)” diperoleh bahwa terdapat peningkatan yang signifikan hasil belajar siswa dalam pembelajaranTIK dengan menggunakan metode IMPROVE.
Berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, peneliti yakin bahwa dengan menggunakan model pembelajaran IMPROVE, bisa dijadikan alternatif oleh guru SMKN 3 Surabaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran instalasi listrik dengan menjadikan siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Pada dasarnya model pembelajaran IMPROVE adalah pembelajaran dengan menggunakan penekanan pada proses pembentukan suatu konsep dan memberikan kesempatan luas kepada siswa berperan aktif dalam proses tersebut.
Adapun untuk memperkuat dan mendukung keberhasilan dari model pembelajaran IMPROVE maka perlu diberikan suatu komponen tambahan yaitu metode resitasi atau pemberian tugas. Metode resitasi adalah metode dimana siswa harus bisa mempertanggung jawabkan hasil tugas yang sudah dikerjakan dengan cara mempresentasikannya didepan kelas. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sudah diterima sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti “Implementasi Model Pembelajaran Improve (Introducing The New Concept, Metakognitive Questioning, Practicing, Reviewing And Reducing Difficulties, Obtaining Mastery, Verification And Enrichment) Dengan Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Merancang Instalasi Penerangan Listrik Bangunan Sederhanan di SMKN 3 Surabaya”.
  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan beberapa beberapa rumusan masalah antara lain adalah sebagai berikut.
  1. Apakah hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung pada standart kompetensi merancang instalasi penerangan listrik bangunan sederhanan?
  2. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi pada standart kompetensi merancang instalasi penerangan listrik bangunan sederhanan?
  1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
  1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung pada standart kompetensi merancang instalasi penerangan listrik bangunan sederhanan.
  2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi pada standart kompetensi merancang instalasi penerangan listrik bangunan sederhanan.
  1. Manfaat Penelitian
  1. Bagi siswa
  1. Meningkatkan prestasi belajara pada mata pelajaran instalasi listrik.
  2. Meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran instalasi listrik melalui model pembelajaran IMPROVE dengan metode Resitasi.
  3. Meningkatkan tanggung jawab siswa atas tugas yang diberikan oleh guru.
  1. Bagi Guru
  1. Dapat digunakan untuk mengatasi siswa yang pasif.
  2. Dapat digunakan sebagai bahan ajar.
  3. Dapat memperluas pengetahuan dan wawasan tentang metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar dan meningkatkan keaktifan siswa.
  1. Bagi Sekolah
  1. Memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode pembelajaran instalasi listrik bangunan sederhana di sekolah.
  1. Bagi Peneliti
  1. Dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran IMPROVE dengan metode RESITASI.
  1. Batasan Masalah
  1. Materi yang disampaikan hanya pada standar kompetensi merancang instalasi penerangan listrik bangunan sederhana.
  2. Aktivitas yang diamati atau diukur dalam penelitian ini adalah pada ranah afektif, ranah kognitif dan ranah psikomotor.
  3. Hasil belajar (untuk selanjutnya menggunakan kata HB) yang diteliti adalah HB yang diperoleh dari data ranah pengetahuan, ranah sikap, dan ranah keterampilan.
  4. Standar lulus dari HB ditentukan dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di SMK Negeri 3 Surabaya yaitu dengan nilai 75.
__________________________________________________

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

  1. Model Pembelajaran IMPROVE dengan Metode Resitasi
  1. Pengertian Pembelajaran
Wenger (dalam Huda, 2013: 2) menyatakan bahwa “pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, atau pun sosial”. Beliau melanjutkan pernyataanya yang menyatakan bahwa salah satu bentuk pembelajaran adalah pemprosesan informasi yang diterima oleh otak. Otak adalah komponen utama yang ada di tubuh manusia yang berfungsi untuk memanggil kembali informasi yang sudah diterima dan disimpannya, baik yang berupa gambar maupun tulisan. Dalam pembelajaran, seseorang harus terlibat dalam refleksi dan penggunaan memori untuk memilih apa saja yang harus beliau serap, apa saja yang beliau simpan dalam memori,dan bagaimana menilai informasi yang telah ia perolah.
Pembelajaran adalah interaksi dua arah antara guru sebagai pengajar dan murid sebagai objek yang diajar (objek yang belajar). Dua keadaan ini memiki hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling mempengaruhi dan menunjang satu sama lain (Putra, 2013: 18).
Menurut Hamalik (dalam sanjaya, 2008: 6) menyatakan sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Unsur manusiawi dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru, serta orang-orang yang mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran termasuk pustakawan. Unsur material adalah berbagai bahan pelajaran yang dapat disajikan sebagai sumber belajar, misalnya buku, film, foto, CD dan lain-lain. Fasilitas dan perlengkapan adalah segala sesuatu yang dapat mendukung terhadap jalannya proses pembelajaran, misalnya ruang kelas, penerangan, perlengkapan computer, dan sebagainya. Prosedur adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran misalnya, strtegi dan metode pembelajaran, pelaksanaan evaluasi, dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi yang sinergis antara semua komponen – komponen pendukung pembelajaran yang terdiri dari guru, siswa, pustakawan, perlengkapan untuk pembelajaran (buku, komputer, dll), metode pembelajaran yang digunakan dalam peroses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pembelajaran dapat terjadi pada dimana saja dan pada level yang berbeda, secara individual, kolektif, dan sosial.
  1. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 41) model pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran untuk mensiasati perubahan tingkah laku peserta didik secara adaptif maupun generative. Dan beliau melanjutkan pernyataanya, model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru.
Menurut Joyce (2011: 24) model pembelajaran adalah diskripsi lingkungan pembelajaran, termasuk di dalamnya perilaku seorang guru pada saat proses belajar mengajar.
Arends (1997: 7) mengemukakan bahwa model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan sebagai rujukan atau pedoman dalam merencanakan aktivitas pembelajaran yang dapat berupa kerangka konseptual yang digunakan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran sangat menentukan sukses tidak nya suatu pembelajaran dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pemahaman dan pertimbangan dari seorang guru dalam memilih model pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, misalnya pertimbangan yang harus diperhatikan adalah materi pelajaran, fasitas yang tersedia, dan lain-lain.
  1. Pengertian Model Pembelajaran IMPROVE
Menurut Nurhidayati, (2010: 12) model pembelajaran improve adalah salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi lebih aktif baik dalam berkomunikasi maupun dalam hal menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Sifat dari pembelajaran IMPROVE adalah “mengalami” atau “melakukan”, artinya dalam model pembelajaran improve peserta didik akan mengalami atau melakukan kegiatan secara langsung misalnya dalam menggambar instalasi listrik penerangan, siswa secara langsung menggambar komponen-komponen inslasi listrik baik penerangan (sesuai tugas yang diberikan guru).
Teori dari model pembelajaran IMPROVE menyatakan bahwa peserta didik adalah makhluk yang aktif dalam membangun ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan, misalnya dengan proses belajar mengaja. model pembelajaran improve sengaja dikembangkan di Indonesia bertujuan untuk membuat peserta menjadi lebih aktif. Pada saat peserta didik aktif maka tingkat pemahamannya terhadap materi yang sudah diperoleh akan menjadi sangat baik dan mudah diingat.
Menurut Kramarsky dan Mevarech (dalam Huda, 2013: 254-277) menyatakan bahwa model pembelajaran Improve adalah akronim yang mempresentasikan tahap-tahap atau sintaks dalam pembelajaran yang akan berlangsung, diantaranya adalah
  1. Introducing new concepts(memperkenalkan konsep-konsep baru)
Dalam tahap ini guru memberikan suatu konsep baru kepada peserta didik tanpa memberikan hasil akhir atau bentuk jadinya saja. Konsep ini diberikan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang membuat peserta didik terlibat secara aktif dan dapat menggali kemampuan diri mereka sendiri.
  1. Metakognitive questioning (pertanyaan metakognitif)
Di tahap ini guru mengajukan pertanyaan kepada siswa meliputi pertanyaan pemahaman misalnya seorang guru memberikan permasalahan kepada siswa mengenai suatu materi, setelah itu guru bertanya kepada siswa, “Apa masalah ini?”, pertanyaan koneksi merupakan pertanyaan mengenai apa yang siswa dapat sekarang dengan apa yang telah didapatnya dahulu, misalnya, “Apakah masalah sekarang sama atau berbeda dari pemecahan masalah yang telah Anda lakukan dimasa lalu?”, Pertanyaan strategi berkaitan dengan solusi-solusi yang akan diajukan siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya seperti “Strategi apa yang cocok untuk memecahkan masalah tersebut?”dan pertanyaan refleksi yang mendorong siswa untuk mempertimbangkan cara atau strategi yang telah diajukannya seperti “Apakah strategi itu merupakan solusi yang masuk akal untuk memecahkan masalah ini.
  1. Practicing (latihan)
Dibagian ini peserta didik diajak untuk berlatih memecahkan masalah secara langsung. Hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan penguasaan materi dan mengasah kemampuan serta keterampilan siswa. Misalnya dengan menggambar instalasi penerangan listrik rumah sederhana.
  1. Reviewing and reducing difficulties (meninjau ulang dan mengurangi kesulitan)
Biasanya pada saat latihan langsung, peserta didik banyak mengalami kesulitan. Pada tahap ini guru mencoba untuk melakukan review terhadap kesalahan-kesalahan yang dihadapi peserta didik dalam memahami materi dan memecahkan permasalahan.
  1. Obtaining mastery (penguasaan materi)
Siswa diberikan tes yang bertujuan untuk mengetahui penguasaan materi siswa.
  1. Verivication (memverifikasi)
Verifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi peserta didik yang dikategorikan sudah mencapai kriteria keahlian dan yang belum mencapai kriteria keahlian. Identifikasi pencapaian hasil dijadikan umpan balik. Hasil umpab balik dipakai sebagai bahan orientasi pemberian kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan pada tahap berikutnya.
  1. Enrichment (pengayaan)
Tahap pengayaan mencakup dua kegiatan, yaitu kegiatan perbaikan dan kegiatan pengayaan. Kegiatan perbaikan diberikan kepada siswa yang teridentifikasi belum mencapai kriteria keahlian, sedangkan kegiatan pengayaan diberikan kepada siswa yang sudah mencapai kriteria keahlian.
Dalam pembelajaran IMPROVE yang menjadi kunci utama yang harus disajikan oleh seorang guru adalah dibagian Metakognitive questioning (pertanyaan metakognitif). Pertanyaan-pertanyaan metakognitif itu dapat meliputi, antara lain:
  1. a. Pertanyaan pemahaman
Pertanyaan yang mendorong perserta didik membaca soal, menggambarkan sebua konsep dengan kata-kata mereka sendiri dan mencoba memahami makna sebuah konsep.
  1. Pertanyaan strategi
Pertanyaan yang dirancang untuk mendorong peserta didik agar mempertimbangkan strategi yang cocok dalam memecahkan masalah yang diberikan serta memberikan alasan pemilihan strategi.
  1. Pertanyaan koneksi
Pertanyaan yang mendorong peserta didik untuk melihat persamaan dan perbedaan suatu konsep/ permasalahan.
  1. Pertanyaan refleksi
Pertanyaan yang mendorong siswa memfokuskan diri pada proses penyelesaian dan bertanya pada dirinya sendiri.
  1. Pengertian Metode Resitasi
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa atau dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Hamdani, 2011: 80).
Metode adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Djamarah & Zain, 1996: 84).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara guru dalam menyampaikan materi ajar pada peserta didik sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Ada banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di antaranya adalah metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, resitasi dan lain sebagainya. Dari sekian banyak metode yang dapat digunakan oleh seorang guru, peneliti memilih metode resitasi dengan alasan peserta didik lebih bertanggungjawab dan aktif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Metode resitasi adalah cara penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar mengajar. Metode ini dapat dilakukan di kelas, rumah, bengkel, laboratorium, perpustakaan, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan (Djamarah dan Zain, 1996: 96).
Ada tiga langkah yang harus dikuti dalam menggunakan metode resitasi, yaitu:
  1. Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:
  1. tujuan yang akan dicapai.
  2. jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang akan ditugaskan.
  3. sesuai dengan kemampuan anak..
  4. ada petunjuk sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
  5. sediakan waktu yang cukup untuk tugas tersebut.
  1. Langkah pelaksanaan tugas
  1. diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru.
  2. diberikan dorongan sehinga anak mau bekerja.
  3. diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri.
  4. dianjurkan agar siswa mencatat hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematis.
  1. Fase mempertanggungjawabkan tugas
  1. laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yag telah dikerjakannya.
  2. ada tanya jawab atau diskusi kelas.
  3. penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes.
  1. Pengertian Model Pembelajaran IMPROVE dengan Metode Resitasi
Berdasarkan uraian sebelumnya yaitu pada bagian model pembelajaran improve dan metode resitasi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran IMPROVE dengan moetode resitasi adalah salah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan HBsiswa dengan cara menjadikan siswa menjadi lebih aktif baik dalam berkomunikasi maupun dalam hal menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Siswa diminta untuk aktif bertanya pada saat mengerjakan tugas yang diberikan guru sehingga pada saat mempertanggungjawabkan tugas yang sudah dikerjakan tidak membingungkan diri sendiri maupun peserta (teman sekelas dan guru).
Model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi akan mengarahkan peserta didik menjadi individu yang aktif, kreatif dan inovatif. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi pelajarannya, yang nantinya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Dalam model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi peserta didik akan dihadapkan konsep baru, pertanyaan-pertanyaan metakognitif, latihan, dan penugasan. Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut siswa diminta untuk menyelesaikan semua pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tugas guru ketika siswa sedang menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan olehnya adalah meninjau ulang dan mengurangi kesulitan yang dialami peserta didik. Oleh karena perserta didik yang mengalami kesulitan diminta untuk aktif bertanya pada guru, sehingga lambat laun akan tercipta kebiasaan-kebiasaan yang membawa peserta didik menjadi individu yang aktif, kreatif dan inovatif.
Ada beberapa kelebihan dalam model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi diantaranya adalah:
  1. menyenangkan karena terdapat latihan.
  2. suasana pembelajaran tidak membosankan.
  3. dengan penjelasan diawal dan dengan adanya latihan membuat siswa lebih memahami materi.
Selain ada kelebihan, pembelajaran IMPROVE juga memiliki kelemahan diantaranya adalah:
  1. tidak sedikit siswa yang males ketika dihadapkan pertanyaan-pertanyaan yang membangun pengetahuan siswa dan pertanyaan-pertanyaan metekognitif.
  2. tidak mudah bagi seorang guru memberikan pertanyaan-pertanyaan metakognitif yang berkualitas.
  1. Sintak Model Pembelajaran IMROVE dengan metode resitasi
Sintaks atau tahapan pada model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi ditunjukkan pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Sintaks Model IMPROVE
No. Fase Peran Guru
1. Introducing the New Concept: memperkenalkan konsep-konsep baru Guru memberikan konsep baru melalui pertanyaan-pertanyaan yang membangun pengetahuan siswa terkait materi merencanakan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
2. Meta-cognitive Questioning: pertanyaan metakognitif Guru memberikan pertanyaan -pertanyaan metakognitif kepada siswa terkait merencanakan materi tentang instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
3. Practicing:Latihan Siswa berlatih memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru yang berupa tugas resitasi yang berkaiatan dengan merencanakan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
4. Reviewing and Reducing Difficulties:meninjau ulang dan mengurangi kesulitan Guru memberikan review terhadap kesalahan-kesalahan yang dihadapi siswa pada saat latihan terkait materi merencanakan instalsi listrik penerangan bangunan sederhana.
5. Obtaining Master: penguasaan materi Guru memberikan tes pada pertemuan berikutnya untuk mengetahui penguasaan materi merencanakan terkait dengan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
6. Verification:Memverifikasi Guru memverifikasi untuk mengetahui siswa mana yang mencapai batas kelulusan dan siswa mana yang belum mencapai batas kelulusan terkait materi merencanakan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
7. Enrichment Pengayaan Guru memberikan kegiatan perbaikan dan kegiatan pengayaan terhadap siswa terkait materi merencanakan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
  1. Model Pembelajaran Langsung
Menurut Nur (2011: 17), model pembelajaran langsung merupakan sebuah cara efektif untuk mengajar keterampilan dan informasi dasar kepada siswa. Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang mengetahui deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif ialah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai HB dengan baik (Kardi dan Nur, 2005: 8-9).
Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun model pengajaran langsung paling cocok diterapkan untuk mata pelajaran yang berorientasi pada keterampilan seperti matematika dan membaca dimana pelajaran itu dapat diajarkan secara perlahan tapi pasti. Model pengajaran langsung kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial atau kreativitas, proses berfikir tinggi, dan konsep-konsep abstrak (Kardi dan Nur, 2005:18).
Pembelajaran langsung selain berada dengan pembelajaran lain, pembelajaran langsung juga dilandasi dengan beberapa aspek misal : empirik dan teoritik dari analisis sistem, teori pemodelan tingkah laku, dan penelitian tentang keberhasilan guru dalam mengajar. Sedangkan dampak instruksional dari pemodelan pembelajaran langsung adalah mengembangkan penguasaan sederhana dan kompleks serta pengetahuan deklaratif, yang dapat dirumuskan dengan jelas dan diajarkan secara selangkah demi selangkah (Nur, 2011:56).
Pengajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, dan dari uraian sintaks di atas pengajaran langsung mempunyai 5 langkah, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, mendemonstrasikan, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut (mandiri). Pengajaran langsung memerlukan perencanaan yang sangat hati-hati dari pihak guru,. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Dari beberapa penjelasan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan pembelajaran langsung terletak pada pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana siswa melakukan sesuatu, dan pengetahuan deklaratif yaitu bagaimana siswa bisa mengetahui tentang sesuatu.
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Lima fase tersebut adalah langkah-langkah yang yang harus digunakan dalam menerapkan model pembelajaran langsung. Fase-fase yang dimaksud dalam hal ini adalah sintaks model pembelajaran langsung. Berikut disajikan dalam tabel 2. 2.
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Langsung
No. Fase Peran Guru
1. Establishing set: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Guru menjelaskan topik, informasi latar belakang pelajaran, dan mempersiapkan untuk belajar terkait materi merencanakan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
2. Demonstrating:Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap terkait materi merencanakan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
3. Guided Practice:Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal terkait materi merencanakan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
4. Feed Back:Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberikan umpan balik terkait materi merencanakan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
5. Extended Practice:Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari terkait materi merencanakan instalasi listrik peneragan bangunan sederhana.
  1. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah perlengkapan-perlengkapan yang harus dipersiapkan oleh seorang guru sebelum mengelola kelas. Menurut trianto (2007: 68) perangkat pembelajaran dapat berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (untuk selanjutnya akan disebut RPP), lembar kegiatan siswa, buku ajar, media pembelajaran, dan soal evaluasi. perangkat yang akan dijelaskan lebih detail adalah silabus, RPP, buku ajar dan soal evaluasi.
  1. Silabus
Trianto (2007: 68) menyatakan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/ atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standart kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompotensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Menurut Munthe (2009: 202) silabus adalah sebuah ikhtisar suatu mata pelajaran atau mata kuliah yang disusun secara sistematik, menurut tujuan, pokok bahasan, dan subpokok bahasan, alokasi waktu, dan sumber bahan yang dipakai.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa silabus adalah salah satu perangkat pembelajaran yang disusun secara sistematis yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompotensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Indikator silabus yang baik adalah sebagai berikut.
  1. Ilmiah : keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
  2. Relevan: cakupan, kedalaman, tingkat kesukaranm, dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, social, emosional, dan spiritual peserta didik.
  3. Sistematis: komponen-komponen saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
  4. Konsisten: adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, indicator, materi pembelajaran dan lain-lain.
  5. Memadai: cakupan indicator, materi pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
  6. Actual dan kontektual: cakupan indicator, materi pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
  7. Fleksibel: keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
  8. Menyeluruh: komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan).
  1. RPP
Menurut trianto (2007: 71) RPP adalah paduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam scenario kegiatan. Menurut Munthe (2009: 200) RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standart isi dan dijabarkan dalam silabus. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa RPP adalah scenario menggambarkan prosedur pembelajaran. indicator RPP yang baik mencakup hal-hal sebagai berikut:
  1. tujuan pembelajaran,
  2. materi ajar,
  3. metode pembelajaran,
  4. sumber belajar, dan
  5. penilaian hasil belajar.
  1. Buku Ajar
Buku ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis oleh seorang guru yang bertujuan untuk mempermudah proses belajar mengajar sehingga tercipta suasana yang menyenangkan.
  1. Soal Evaluasi
Soal evaluasi adalah alat yang digunakan untuk mengetahui HBsiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. soal evaluasi ini dapat berupa pilihan ganda dan essay.
  1. Respon
Respon adalah reaksi yang dimunculkan oleh siswa. Respon tersebut dapat berbentuk reaksi suka, tidak suka, setuju, tidak setuju dan lain-lain. Indikator respon siswa terhadap model pembelajaran yang dibawa oleh peneliti (IMPROVE) adalah sebagai berikut:
  1. kesukaan terhadap model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi,
  2. persetujuan terhadap aktivitas siswa dalam model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi.
  1. Hasil Belajar (HB)
Menurut Suprijono (2011: 5) menyatakan bahwa HB adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa HBadalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang peserta didik setelah ia menerima perlakuan dari guru.
HB adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. HB dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. HB bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap (Kunandar, 2014: 38).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa HB adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu yang dapat berbentuk HB pengetahuan, HB keterampilan, dan HB sikap. Berikut penjelasan dari ketiga bentuk HB tersebut.
  1. HB Pengetahuan
HB pengetahuan adalah proses mental yang membahas pengetahuan mulai dari yang paling rendah hingga ke yang paling tinggi. HB pengetahuan merupakan perpaduan antaran kategori dimensi kognitif dan pengetahuan. Menurut Anderson, dkk (2001: 67) ada 6 tingkatan kategori dimensi kognitif diantaranya adalah.
  1. C1 (remember): menurut Anderson, dkk (2001: 67) adalah mengingat kembali pengetahuan yang sudah disimpan pada memori jangka panjang. Ada dua proses yang ada dalam remember yaitu mengenali (recognizing), dan mengingat (recalling).
  2. C2 (Understand): Understand menurut Anderson, dkk (2001: 67) adalah membangun pengertian atau makna dari pesan berupa istilah atau intruksi, termasuk secara lisan, tertulis dan hubungan dengan kejadian yang sebenarnya atau dalam bentuk gambar. Ada tujuh proses yang ada dalam understand yaitu:    menafsirkan (interpreting), memberi contoh (exampliying), mengkalasifikasi (classifying),  meringkas (summarizing), menduga (infering), membandingkan (compairing), dan menjelaskan (explaining). 
  3. C3 (apply): Apply Menurut Anderson, dkk (2001: 67) adalah Soal mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru menyangkut penggunaan aturan, prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi dari pemahaman. Ada proses yang ada dalam understand yaitu: menjalankan (executing), dan mengimplementasikan (implementing)
  4. C4 (analysis): Analysis menurut Anderson, dkk (2001: 68) adalah mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan. Ada tiga proses dalam analysis yaitu:  membedakan (diffeentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan makna yang tersirat (attributing)
  5.  C5 (evaluate): Evaluate menurut Anderson, dkk (2001: 68) adalah kemampuan membuat keputusan menurut kriteria dan standart yang ada. Ada dua proses dalam evaluate yaitu: memeriksa (checking), dan mengkritik (critiquing).
  6.  C6 (create): Create menurut Anderson, dkk (2001: 68) adalah mengambil semua unsur pokok untuk membuat sesuatu yang memiliki fungsi atau mengorganisasikan kembali elemen yang ada ke dalam struktur atau pola yang baru. Ada dua proses dalam create yaitu: merumuskan (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
Kategori dimensi pengetahuan menurut Anderson, dkk (2001: 214) ada empat, diantaranya adalah sebagai berikut.
  1. Pengetahuan Faktual: Pengetahuan faktual adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa termasuk di dalamnya pengetahuan tentang istilah, pengetahuan tentang rincian spesifik dan elemen.
  2. Pengetahuan Konseptual : Pengetahuan konseptual adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar yang memungkinkan untuk berfungsi secara sinergis. Pengetahuan tersebut diantaranya meliputi pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.
  3. Pengetahuan ProseduralPengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu. Yang meliputi pengetahuan tentang keterampilan dan algoritma mata pelajaran khusus, pengetahuan tentang teknik dan metode mata pelajaran tertentu, dan pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur sesuai kebutuhan
  4. Pengetahuan Metakognitif: Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai pengertian umum maupun kesadaran, dan pengetahuan tentang salah satu pengertian itu sendiri.
--- C3 C4 C5 C6
Faktual --- Siswa dapat mengidentifikasi komponen-komponen instalasi listrik bangunan sederhana --- ---
Konseptual siswa dapat menempatkan komponen-komponen instalasi listrik penerangan bangunan sederhana. siswa dapat membedakan beberapa jenis instalsi listrik bangunan sederhana.--- Siswa dapat mengoreksi gambar instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
Procedural --------- siswa dapat merencanakan komponen instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
Metakognitif --------- ---
  1. HB Sikap
HB sikap adalah salah satu bagian dari HB ranah afektif yang mana HB ranah afektif menurut Menurut Ibrahim dan Sidik (2013: 93) ranah afektif meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat emosional, seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusisme, dan sikap. Menurut Munthe (2009: 37) domain afektif itu berorientasi pada perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap. HBsikap yang akan diteliti dalam hal ini adalah sikap sosial dan sikap spiritual. Sehingga indikator yang dimunculkan adalah sebagai berikut:
  1. Sikap spiritual: Siswa dapat menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Misalnya dengan berlaku jujur dan disiplin.
  2. sikap sosial : 1).Siswa dapat menghargai pendapat pendapat orang lain terkait dengan materi instalasi listrik penerangan bangunan sederhana. 2).Siswa dapat bertanggung jawab terkait dengan materi instalasi listrik penerangan bangunan sederhana. 3)Siswa dapat berkomunikasi dengan orang lain (guru dan teman-temannya).
  1. HB Keterampilan
HB ranah psikomotor atau keterampilan adalah HB yang berhubungan dengan keterampilan otot dan kekuatan fisik baik itu tangan, kaki, kepala dan lain-lain. Untuk selanjutnya menggunakan kata psikomotor. HB keterampilan dikategorikan menjadi 2 yaitu keterampilan proses (prosedur) dan hail sehingga diperoleh indikator dari HBketerampilan adalah sebagai berikut.
  1. Proses: Siswa dapat melaksanakan prosedur yang benar dalam menggambar instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
  2. Hasil: Siswa dapat menggambar instalasi listrik penerangan bangunan sederhana.
  1. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian Siti Nurhidayati (2010) tentang implementasi improving learning dengan metode drill dan resitasi untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran statika kelas x teknik konstruksi kayu 2 SMKN 2 sragen dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas x teknik konstruksi kayu 2 smkn 2 sragen. Daya serap dalam tiap siklus adalah 66.18% (siklus I), 76,91% (siklus II), dan 78,82% (siklus III).
Penelitian juga pernah dilakukan oleh Dewi Yuningsih tentang penerapan metode pembelajaran improve untuk meningkatkan HBsiswa dalam pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (tik) diperoleh kesimpulan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan HBsiswa dalam pembelajaran TIK dengan metode IMPROVE berdasarkan analisis uji beda dua rata-rata skor postes dan pretes yang diperoleh thitung = 7,13 > dan ttabel = 1,67.
Penelitian yang dilakukan oleh Ade Andriani, Mukhtar, dan Kms. M. Amin Fauzi (2013) tentang peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan kecerdasan emosional mahasiswa FMIPA pendidikan matematika melalui model pembelajaran IMPROVE diperoleh rata-rata peningkatan tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen adalah 0,48 dan kelas control adalah 0,38 dengan nilai sig = 0,02 karena 0,02 < 0,05 maka disimpulkan terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran IMPROVE yang lebih tinggi dari pada dengan diajarkan dengan model pembelajaran langsung.
  1. Kerangka Berfikir


  1. Hipotesis
  1. Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan tinjauan pustaka, dan kerangka berfikir maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah HB siswa yang menggunakan model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi pada pada standart kompetensi merancang instalasi listrik penerangan bangunan sederhanan lebih baik dibandingkan HB siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung.
  2. Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan tinjauan pustaka, dan kerangka berfikir maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi pada standart kompetensi merancang instalasi listrik penerangan bangunan sederhanan baik.
____________________________________________

BAB III
METODE PENELITIAN

  1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pre-test-post-test control group design, yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada implementasi model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi pada standar kompetensi merancang instalasi penerangan listrik bangunan sederhanan.
Pre-test-post-test control group design merupakan desain dari desain ekperimental sebenarnya (true experiment) yang mempunyai ciri utama yaitu responden benar-benar dipilih secara random dan diberi perlakuan serta ada kelompok pengontrolannya. Selain itu, pada desain ini dilakukan pengukuran di depan (pretes) baik pada kelompok pertama maupun kelompok control (Sarwono, 2013: 52-53).
Penelitian ini merupakan penelitian pre-test-post-test control group design. Pada design ini terdapat dua kelompok kelas yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Desainnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 pre-test-post-test control group design
Keterangan :
O1-O2         : Pre-test
O3-O4         : Post-test
X1     : Perlakuan menggunakan model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi.
X2    : Perlakuan menggunakan model pembelajaran langsung.
  1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Surabaya jurusan teknik instalasi tenaga listrik (TITL). Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Pada tanggal 21 Januari 2016 sampai 20 februari 2016.
  1. Populasi dan Sampel
  1. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X program teknik instalasi tenaga listrik (TITL) di SMK Negeri 3 Surabaya tahun ajaran 2015-2016.
  2. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X program teknik instalasi tenaga listrik (TITL) di SMK Negeri 3 Surabaya yang berjumlah 60 siswa,
    kelas kontrol berjumlah 30 siswa dan kelas eksperimen 30 siswa.
  1. Variabel Penelitian
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
  1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi dan model pembelajaran langsung.
  1. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang diamati untuk mengetahui efek dari variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang meliputi hasil belajar pengetahuan, sikap dan keterampilan.
  1. Variabel Kontrol
Variabel control adalah variabel yang dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh variabel luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah alokasi waktu kegiatan belajar mengajar (untuk selanjutnya disingkat KBM), guru, Histori, Maturasi, Testing, Instrumentasi, mortalitas, dan materi pembelajaran.

  1. Definisi Operasional Variabel
    1. Definisi Operasional Variabel Bebas
    Model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi merupakan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti pada kelas (sampel) yang diuji selama penelitian berlangsung. Model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi merupakan model pembelajaran dimana siswa akan dihadapkan pertanyaan-pertanyaan metakognisi. Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang akan diterapkan pada kelas kontrol. Metode yang akan digunakan oleh peneliti dalam pembelajaran langsung adalah menggunakan metode ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas.
    1. Definisi Operasional Variabel Terikat
    Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu yang dapat berbentuk hasil belajar pengetahuan, hasil belajar keterampilan, dan hasil belajar sikap. Hasil belajar pengetahuan adalah perpaduan antara dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan dalam merancang instalasi listrik peneragan bangunan sederhana. Hasil belajar sikap adalah hasil belajar yang berkaitan dengan sikap pada diri siswa setelah mengikuti pembelajaran baik itu sikap social maupun spiritual dalam merancang instalasi listrik peneragan bangunan sederhana. Hasil belajar keterampilan adalah hasil belajar yang berhubungan dengan otot atau skill dalam merancang instalasi listrik peneragan bangunan sederhana.
    1. Definisi Operasional Variabel Kontrol
    1. Alokasi waktu KBM adalah waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Waktu yang digunakan dalam KBM akan menentukan pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti perlu mengontrol alokasi yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu dengan cara, mengalokasikan waktu yang sama baik pada kelas ekperimen maupun kelas kontrol.
    2. Guru adalah seorang pendidik yang bertugas mendidik, membimbing, dan mengevaluasi sisiwa. Guru juga merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran tergantung pada kecakapan seorang guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Peran guru sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting, karena siswa adalah individu yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan. Kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas akan berbeda dengan kemampuan guru yang lain. Oleh karena itu peneliti perlu mengontrol keberadaan guru dalam penelitian ini dengan cara menggunakan satu guru sebagai pengajar baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas control yaitu peneliti sendiri.
    3. Histori adalah sejarah, peristiwa, pengalaman yang pernah dialami oleh siswa dan mungkin dapat mempengaruhi hasil belajarnya oleh karena itu perlu dikontrol keberadaan histori dengan cara randomisasi.
    4. Maturasi mengacu pada perubahan fisik atau mental yang mungkin muncul pada diri subjek selama periode tertentu. Perubahan ini dapat
      mempengaruhi hasil belajar. Khususnya penelitian yang dilakukan pada selang waktu yang lama. Oleh karena itu terjadinya perubahan pada variabel terikat kemungkinan tidak hanya dipengaruhi oleh variabel bebas (perlakuan) namun juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan subjek. Untuk mengantisipasi maturasi dilakukan dengan cara memper sempit waktu penelitian.
    5. Testing mengacu pada pengalaman pretes yang sudah dilakukan oleh siswa dan itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa (postes). Oleh karena itu perlu dikendalikan pengaruh pretes terhadap variabel terikat (postes) dengan cara menarik kembali soal ujian pretes dan meredesign soal prestes menjadi soal postes (soal tetap sama tingkat kesulitannya).
    6. Instrumentasi mengacu pada ketidak konsitenan dalam instrument pengukuran yang mungkin mempengaruhi validitas hasil yang diperoleh.
      Instrument yang digunakan ketika pretes seharusnya sama dengan ketika postes. Artinya tes pertama dan tes kedua menggunakan soal yang sama tingkat kesulitannya. Oleh karena itu untuk mengendalikan faktor ini maka soal yang digunakan dalam postes haru memiliki tingkat kesulitan yang persis sama dengan pretes.
    7. Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian atau berkurangnya jumlah sampel. Salah satu contohnya pada waktu antara pretes dan postes sering terjadi subjek yang ”dropout” baik karena pindah, sakit ataupun meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil eksperimen. Untuk mengontrol mortalitas adalah dengan cara menyeimbangkan jumlah kedua kelompok (eksperimen dan kontrol).
    8. Materi pembelajaran adalah butir-butir bahan pembelajaran pokok yang dibutuhkan peserta didik untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Materi pembelajaran atau bahan ajar merupakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa agar dapat mencapai standart kompetensi yang telah ditentukan. Materi dan bahan pengajaran ditetapkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan instruksional yang ingi dicapai. Materi pembelajaran juga perlu dikontrol, yaitu dengan cara menggunakan materi pembelajaran yang sama baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
    1. Prosedur Penelitian
    2. Dalam penelitian ini, peneliti membagi prosedur penelitian menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan dan perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyajian hasil penelitian.
      1. Tahap Persiapan dan Perencanaan Penelitian
      Dalam tahap ini merupakan tahap awal dimana peneliti melakukan survei. Pada tahap ini peneliti merancang semua kegiatan yang menunjang kelancaran dalam tahap pelaksanaan penelitian, kegiatan tersebut antara lain.
      1. Mensurvei sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, sehingga nantinya akan menemukan suatu masalah yang perlu diselesaikan,
      2. Menyusun proposal penelitian.
      3. Menyusun perangkat dan instrument penelitian: silabus, RPP, buku ajar, dan soal evaluasi.
      4. Menvalidasi perangkat dan instrumen penelitian.
      5. Melakukan pretes.
      1. Tahap Pelaksanaan Penelitian
      Pada tahap pelaksanaan penelitian ini sampel dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih secara acak. Pada kelas eksperimen diberi penerapan model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi, dan pada kelas kontrol diberi penerapan model pembelajaran langsung. Pada minggu ke 4 (minggu terakhir) ke dua kelompok tersebut akan diberikan postes yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen.
      1. Tahap Penyajian Hasil Penelitian
      Pada tahap ini adalah bagian terakhir setelah memperoleh dari hasil pelaksanaan penelitian. Hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah menganalisis data dan uji statistika, dan menyusun laporan.
      1. Teknik Pengumpulan Data
      2. Dalam penelitian ini pengumpulkan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu.
        1. Metode Tes
        Teknik pengumpulan data untuk HB pengetahuan dan HB keterampilan adalah dengan metode tes. Tes adalah adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2001: 53). Tes (post-test) yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa dengan memberikan butir-butir soal sama dengan tes (pre-test) yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa yang dilakukan pada awal pembelajaran yaitu tes pilihan ganda (multiple choice test) dan tes uraian. Multiple choice test adalah tes yang terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan (Arikunto, 2001: 183). Setelah dilakukan tes (post-tes), kemudian dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar menurut standar ketuntasan minimal (SKM) yang berlaku di SMK Negeri 3 Surabaya, tujuannya untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diterapkan model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi dan model pembelajaran langsung. Instrumen untuk metode tes adalah soal tes.
        1. Observasi
        Untuk mengetahui HB sikap dari siswa maka peneliti menggunakan metode observasi yang dilakukan secara langsung pada saat melakukan penelitian. HB sikap yang diteliti adalah sikap sosial dan sikap spiritual.
        1. Lembar Angket Respon Siswa
        Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Angket atau kuisioner digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap model pembelaran yang dibawa ole penelitian.
        1. Instrumen Penelitian
        2. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih muda dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Instrumen dalam penelitian ini meliputi:
          1. Perangkat Pembelajaran
          1. silabus,
          2. RPP,
          3. buku ajar, dan
          4. soal evaluasi.
          1. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran
          Lembar validasi perangkat pembelajaran digunakan untuk mengukur efektifitas instrumen yang digunakan dalam penelitian maka instrumen harus disusun berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan (Sugiyono, 2011: 176). Dalam penelitian ini, uji validasi digunakan untuk menguji kelayakan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat diketahui tingkat ketepatan dan kebenaran penggunaan perangkat pembelajaran tersebut. Berikut kisi-kisi instrument validasi.
          1. Lembar Instrumen Validasi RPP
          Lembar kisi-kisi instrument validasi RPP ditunjukkan pada tabel 3.2 di bawah ini.
        Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Validasi RPP
        1. Lembar Instrumen Validasi Soal Evaluasi 
        Lembar kisi-kisi instrument validasi soal evaluasi ditunjukkan pada tabel 3.3 di bawah ini.
        Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Validasi Soal  Evaluasi
      1. Lembar instrumen validasi buku ajar 
      Lembar kisi-kisi instrument validasi buku ajar ditunjukkan pada tabel 3.4 di bawah ini.
      Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Buku Ajar
    1. Tes Hasil Belajar 
    Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2001: 53). Dalam penelitian ini tes yang diberikan adalah post-test yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda (multiple choice) dan uraian. Berikut ini kisi-kisi instrument post-test siswa.
    Tabel 3.5  Kisi-kisi Soal Evaluasi
Pada tes ini ada 15 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Pada soal pilihan ganda yang benar mendapatkan skor 10/3, jika salah akan mendapatkan skor 0, dan hasil tes pilihan ganda jika semua benar akan mendapatkan skor 50. Pada soal uraian yang benar akan mendapatkan skor maksimal 10, jika salah akan mendapatkan skor 0, dan hasil tes uraian apabila semua benar akan mendapat skor 50. Sehingga jika skor pilihan ganda dan uraian digabungkan menjadi 100. Keterangan dari tabel di atas adalah : C1 : remember, C2 : understand, C3 : apply, C4 : analysis, C5 : evaluate, C6 : create 
  1. Pedoman Observasi  
Pedoman observasi adalah alat yang digunakan untuk mengetahui tentang sikap spiritual dan sosial siswa. Pedoman observasi sikap spiritual berbeda dengan pedoman observasi sikap sosial. Pedoman observasi untuk sikap spiritual meliputi sikap jujur dan disiplin seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.6. Sedangkan pedoman penskoran untuk sikap sosial meliputi bertanggungjawab, berkomunikasi, dan menghargai seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.7.
Tabel 3.6

Tabel 3.7


  1. Lembar Angket Respon Siswa  
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Angket atau kuisioner digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran. Angket respon yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 10 soal obyektif dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengatur pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.
Tabel 3.8 Bobot Penilaian Respon Siswa 
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Angket  Respon Siswa

  1. Teknik Analisis Data
    1. Analisis Hasil Validasi Penilaian Validator
    2. Kualitas perangkat pembelajaran (rpp, soal evaluasi, dan buku ajar ) dianalisis berdasarkan hasil validasi para ahli. Validator menuliskan kategori penilaian sebagai berikut:
      1. Nilai 1 = tidak baik
      2. Nilai 2 = kurang baik
      3. Nilai 3 = cukup baik
      4. Nilai 4 = baik
      5. Nilai 5 = sangat baik
      Untuk menganalisis jawaban validator digunakan deskriptif hasil rating yang diuraikan sebagai berikut.
      1. Penentuan ukuran penilaian beserta bobot nilainya. Adapun penentuan adalah seperti Tabel 3.8.
      Tabel 3.8 Ukuran Penilaian Beserta Bobot Nilai Validasi
  1. Menentukan Nilai Tertinggi Validator
Penentuannya adalah banyak validator kali bobot nilai tertinggi pada penilaian kuantitatif. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Jumlah jawaban validator=n x p

(Riduwan, 2006: 40)

Keterangan: n = banyak validator
                       p = bobot nilai penilaian kuantitatif
  1. Menentukan Jumlah Jawaban Validator
Penentuannya adalah mengalikan jumlah validator pada tiap-tiap penilaian kuantitatif dengan bobot nilai, kemudian menjumlahkan semua hasilnya. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:


Keterangan :
n = banyak validator yang memilih penilaian kualitatif
  1. Hasil Rating
Setelah melakukan penjumlahan jawaban validator, langkah berikutnya adalah menentukan hasil rating dengan rumus:
HR=(∑Skor Validasi)/(∑Skor Tertinggi) x 100%
  1. Analisis Soal
Sebelum instrumen penelitian digunakan maka terlebih dahulu di uji cobakan kepada kelas XI untuk mengetahui validitas (rxy), reabilitas (r11) taraf kesukaran (P), dan daya beda. Dan untuk mengetahui itu semua menggunakan software Iteman.
  1. Menentukan Validitas Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya intrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. 
Validitas soal adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan butir soal secara keseluruhan. Soal dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan menggukan software Iteman. Berikut ketentuan harga penafsiran korelasi yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan suatu soal:

Tabel 3.9 koefisien korelasi
  1. Menentukan Validitas Butir Soal
Di samping mencari validitas soal perlu juga mencari validitas butir soal (validitas item), untuk selanjutnya akan menggunakan kata validitas item. Validitas item adalah demikian sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total (Arikunto, 2001: 76 ). Untuk mengetahui validitas item digunakan software Iteman. ketentuan untuk kevalidan suatu item sama dengan yang digunakan pada validitas soal.
  1. Menentukan Reliabilitas Soal
Reliabilitas adalah ketepatan instrumen tersebut dalam menilai apa yang dinilainya, merujuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010: 221). Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk mengetahui reliabilitas soal yaitu metode bentuk paralel, metode tes ulang, dan metode belah dua. Pada penelitian ini, untuk memperoleh indeks reliabilitas soal digunakan metode yang ketiga yaitu metode belah dua atau split-half method. Metode belah dua yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas soal pilihan ganda adalah ganjil genap alasannya karena jenis data yang diperoleh adalah dikotomi dan metode yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas soal uraian adalah dengan menggunakan rumus alpha.


keterangan:
r_(1/21/2) = reliabilitas yang dicari.
r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan.
σ2 = variansi
Kriteria penafsiran reliabilitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.9
Tabel 3.10 Indeks Reliabilitas Butir Soal
  1. Menentukan Taraf Kesukaran
Soal yang dianggap baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal digunakan program software Iteman. Hasil dari perhitungan menggunakan software Iteman kemudian dibandingkan dengan kriteria indeks kesukaran butir soal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.11 Penafsiran Taraf Kesukaran
  1. Menentukn Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Soal yang baik adalah soal yang mampu membedakan yang berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan rendah. Jika sebuah soal mempunyai daya pembeda soal yang baik maka yang pandai akan lebih banyak yang mampu menjawab soal dengan benar, sebaliknya yang berkemampuan rendah akan lebih sedikit yang mampu menjawab soal dengan benar. Kriteria penafsiran Daya beda butir soal disajikan dalam Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Penafsiran Daya Beda Pembeda Tes
  1. Analisis Hasil Observasi 
Analisis hasil observasi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 
a. memerlukan perbaikan (1),
b. menunjukkan kemajuan (2),
c. memuaskan (3), dan
d. sangat baik (4).
  1. Analisis Data Angket
Analisis data angket dilakukan dengan penarikan kesimpulan yang berdasarkan pada presentase jawaban angket, angket siswa hanya diberikan setelah kegiatan belajar mengajar. Presentase jawaban angket dinyatakan sebagai berikut:
Jumlah skor respon = (Skor total seluruh siswa )/(Jumlah skor maksimal) x100% Dengan kriteria:
Sangat baik = 81 % - 100 %
Kurang baik = 21% - 40 %
Baik = 61 % - 80 %
Tidak baik = 0 % - 20 %
Cukup = 41 % - 60 %
                                               (Riduwan, 2006: 41)
  1. Analisis Hasil Belajar 
Penelitian ini menggunakan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji-t karena hipotesis yang telah dibuat khususnya H1 berjenis hipotesis terarah maka menggunakan Uji-t satu pihak/satu ekor. Uji-t ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar (post-test) setelah dilaksanakannya pembelajaran menggunakan model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi pada kelas eksperimen. Dengan demikian dikarenakan hipotesis yang telah dibuat khususnya H1 berjenis hipotesis terarah maka menggunakan Uji-t satu pihak/satu ekor. Langkah-langkahnya adalah :
  1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap skor post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji yang digunakan yaitu Uji Kolmogorov-Smirnov. langkah dalam uji normalitas antara lain:
1) Merumuskan Hipotesis
     H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
     H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Menentukan taraf signifikan α = 0,05
3) Uji Statistik Dilakukan dengan SPSS versi 16.0 yaitu dengan One 
     Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
4) Kriteria Pengujian Tolak H0 jika X2 ≥ X2(1-α)(k-1) dengan α = 0,05. 
     Dalam hal lain H0 diterima
  1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah varians sampel-sampel yang diambil homogen (sama). Uji homogenitas dilakukan pada skor post-test. Uji homogenitas dengan menggunakan Uji Levene Statistic untuk kesamaan dua rata-rata atau uji satu pihak. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1) Metumuskan Hipotesis
H0 : populasi homogen (homoskedastisitas).
H1 : populasi tidak homogen (heteroskedastisitas).
2) Menentukan taraf signifikan α = 0,05
3) Uji Statistik
Menggunakan SPSS (Statistical Package For Social Sciences) versi 16.0 
yaitu Tes of Homogeneity of Variances dengan Levene Statistik.
4) Pengambilan keputusan
     a) Jika sig. lebih besar dari 0.05 maka terima H0 (homoskedastisitas).


     b) Jika sig. lebih kecil dari 0.05 maka terima H1 (heteroskedastisitas).
  1. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi pada kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol. Langkah-langkahnya adalah: Merumuskan hipotesis
H0 : x1≤x2 ; rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model 
                  pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi lebih rendah 
                   sama dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model 
                   pembelajaran langsung.
H1 : x1>x2 ; rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model 
               pembelajaran IMPROVE dengan metode resitasi lebih tinggi 
               dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan 
               model pembelajaran langsung. Menentukan uji yang digunakan
              sesuai dengan hipotesis, yaitu uji-t satu pihak. Menentukan taraf                           signifikan α = 0,05 Menghitung statistik uji-t Menggunakan SPSS                           versi 16.0 (Statistical Package For Social Sciences). Kriteria 
              pengambilan keputusan Jika sig. lebih besar dari 0.05 maka 
              terima H0. Jika sig. lebih kecil dari 0.05 maka terima H1 

__________________________________________________________


Daftar Pustaka

Anderson, dkk. 2001. A taxonomy for learning, Teaching, and Assessing: Revision of bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Wesley Longman.
Arends, Richardl. 1997. Classroom Instruction Management. New York: The Mc Graw-Hill Company.
Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Andriani, dkk. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Kecerdasan Emosional Mahasiswa Fmipa Pendidikan Matematika Melalui Model Pembelajaran Improve. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Medan: UNM.
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hanafiah dan Suhana, Cucu. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ibrahim, Nurdin dan Sidik, Darlan. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
Joyce. 2001. Model Of Teaching. Boston: Pearson
Kardi, Soeparman dan Mohammad Nur. 2005. Pengajaran Langsung Edisi 2.  Surabaya: Unesa-University Pres.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfiikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyono. 2011. Strategi Pembelajaran Menuju Efektifitas Pembelajaran Di Abad Global. Malang: UIN-Maliki.
Munthe, Bermawi. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.
Nur, Muhammad. 2011. Model Pengajaran Langsung. Surabaya: Unesa Pers.
Nurhidayati, Siti. 2010. Implementasi Improving Learning Dengan Metode Drill dan Resitasi Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Siswa. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Putra, Sitiatava Rizena. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: Diva Press.
Riduwan. 2006. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Sarwono, Jonathan. 2013. Strategi Melakukan Riset. Yogyakarta: Andi Offset.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Komentar