CONTOH PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Buat temen temen mahasiswa yang di kampusnya ada program kreativitas mahasiswa yang berbentuk tulisan atau gagasan atau gagasan new produk sangat bagus sekali untuk diikuti, karena jika di terima oleh kampus maka program kalian akan dapat pendanaan untuk direalisasikan. Berikut contoh proposal program kreativitas mahasiswa yang pernah mendapatkan dana untuk direalisasikan. 

Dan untuk temen temen yang mengikuti lomba kreativitas ini tolongan jangan mengambil ini ya, saya khawatir ini lolos lagi, heheheh

JUDUL PROGRAM

 LEADERSHIP ROLLING SYSTEM: SISTEM KETUA KELAS BERGILIR PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) UNTUK MENCETAK PEMIMPIN BANGSA DI MASA YANG AKAN DATANG

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

RINGKASAN  

Pada saat ini, banyak para pemimpin yang ada di Indonesia belum sepenuhnya memiliki jiwa seorang pemimpin, yakni pemimpin yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ), kecedasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Sehingga mengakibatkan korupsi merajalela di Indonesia. Oleh kerena itu, diperlukan solusi yang strategis untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu solusinya dengan menerapkan “LEADERSHIP ROLLING SYSTEM: SISTEM KETUA KELAS BERGILIR PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) UNTUK MENCETAK PEMIMPIN BANGSA DI MASA YANG AKAN DATANG”. 

Gagasan ini diajukan bertujuan untuk melatih dan membentuk karakter kepemimpinan dalam diri siswa, untuk dapat bertanggung jawab pada orang lain, peduli terhadap teman, percaya diri dan mampu berbicara di depan teman sekelasnya dimulai dari usia dini (PAUD). Harapannya setelah menerapkan gagasan yang peneliti ajukan “LEADERSHIP ROLLING SYSTEM: SISTEM KETUA KELAS BERGILIR PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) UNTUK MENCETAK PEMIMPIN BANGSA DI MASA YANG AKAN DATANG” adalah akan muncul sosok pemimpin yang berjiwa pemimpin, yang pada gilirannya nanti akan memimpin bangsa ini.


PENDAHULUAN 

I. LATAR BELAKANG 

Kualitas pendidikan pada suatu negara akan menjadi penentu kemajuan negara tersebut. Menurut UNESCO, Kualitas pendidikan yang ada di suatu negara dipengaruhi oleh kualitas pendidik (guru dan dosen) dan kurikulum yang digunakan. Maka dari itu, apabila pendidikan di suatu negara berkualitas sangat baik maka sudah dipastikan bahwa negara itu akan menjadi negara maju. Namun, sebaliknya apabila pendidikan di suatu negara itu tidak berkualitas. Maka sudah dipastikan bahwa negara itu tidak akan maju, bahkan hanya akan menjadi budak dari negara-negara maju. 

Berdasarkan data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Bangsa Indonesia sudah memperbaharui kurikulum sebanyak 10 kali. Pertama, Pada tahun 1947, kurikulum yang diterapkan adalah Rencana Pelajaran 1947. Selanjutnya, Pada tahun 1952 kurikulum yang diterapkan adalah Rencana Pelajaran Terurai 1952. Selanjutnya, Pada tahun 2004 kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Selanjutnya, Pada tahun 2006 kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Terbaru, Pada tahun 2013 kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum 2013 (K13). Namun, hanya beberapa bulan diterapkan diseluruh Indonesia, kurikulum 2013 dihentikan pelaksanaannya oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Bapak Anies Baswedan. Sehingga, pada saat ini, kurikulum yang digunakan sebagai acuan sistem pendidikan nasional menjadi ganda. Beberapa sekolah tetap menggunakan kurikulum 2013, sedangkan sekolah yang lain kembali ke kurikulum 2006, yaitu KTSP. Pada intinya pemeran utama pendidikan adalah pemerintah (pemimpin bangsa). Apabila pemimpin bangsa memiliki jiwa sebagai seorang pemimpin, maka pendidikan di Indonesia akan menjadi lebih baik dan bahkan akan membawa Indonesia menjadi Negara maju dimasa yang akan datang.

Menurut Kartini, pengertian Pendidikan berkarakter adalah salah satu hal yang sederhada namun penting sekali untuk diperhatikan karena karakter yang ada pada setiap individu (siswa) adalah penentu individu tersebut mempunyai karakter yang baik atau buruk. Jika karakter baik sudah terbentuk sejak usia dini pada seorang individu (siswa) maka ketika menginjak usia dewasa karakter yang dimiliknya tidak akan musnah dan begitupun sebaliknya. 

Pada Kurikulum 2013 pemerintah menitik beratkan pada hal pendidikan karakter. Presiden Joko Widodo juga mempunyai program nasional untuk Revolusi Mental. Hal ini sejalan dengan pemikiran kami untuk membentuk karakter pemimpin pada setiap individu (siswa) di Indonesia. Yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah mempersiapkan pengajar untuk bersedia mempraktikkan gagasan tersebut dan pemerintah selaku penggerak roda kepemimpinan bangsa untuk menganjurkan agar menerapkan gagasan tersebut. 

Berdasarkan beberapa permasalahan yang ada maka penulis bergagasan untuk menciptakan suatu konsepLEADERSHIP ROLLING SYSTEM: SISTEM KETUA KELAS BERGILIR PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) UNTUK MENCETAK PEMIMPIN BANGSA DI MASA YANG AKAN DATANG”. Dengan menerapkan gagasan tersebut, penulis berharap akan terlahir pemimpin Indonesia yang berjiwa pemimpin. Konsep ini juga secara otomatis sudah menerapkan konsep pendidikan berkarakter yang diharapkan pada kurikulum 2013.

II. TUJUAN dan MANFAAT

  1. Melatih anak-anak sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab, dan peduli terhadap teman-temannya.
  2. Melatih anak-anak untuk selalu percaya diri, dan
  3. Melatih anak-anak agar mampu berbicara di depan teman-teman sekelasnya.

GAGASAN 

I. Kondisi kekinian pencetus gagasan (diperoleh dari bahan bacaan dan observasi).

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di TK Al-Ikhlas menunjukkan bahwa jarang peserta didik dilatih atau diajari tentang kepemimpinan. Misalnya, menyiapkan diri sendiri untuk siap belajar, dsb., penulis melihat banyak siswa yang belum siap menjadi pemimpin, baik itu pemimpin bangsa ataupun pemimpin untuk dirinya sendiri. Hal ini bisa dilihat ketika seorang guru atau dosen bertanya siapa yang mau menjadi pemimpin atau ketua kelas, tidak ada yang mau. Kalaupun ada, paling banyak 2 atau 1 orang saja. Ketika ditanya kenapa tidak ada yang mau, mereka menjawab malu, tidak bisa berbicara di depan teman-temannya, belum siap dan lain-lain. Sedangkan kita tahu bahwa siswa ataupun mahasiswa adalah calon-calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Namun, jika tidak diasah sejak dini jiwa kepemimpinannya pasti tidak akan muncul. Bagaimana nasib bangsa Indonesia 10, 20, 30 tahun yang akan datang, jika para penerusnya tidak siap untuk meneruskan tonggak estafet kepemimpinan bangsa ini.

Berdasarkan berita di situs berita online, penulis melihat ada banyak pejabat (pemimpin) yang terjerat kasus Korupsi. Tercatat kasus korupsi yang ditangani komisi pemberantas korupsi pada tahun 2012 ada sebanyak 76 perkara, tahun 2013 meningkat menjadi 70 perkara  (kpk, kamis 02 Januari 2014.       Jumlah     Korupsi     Meningkat     Dua     Kali     Lipat     pada    2013: http://www.kpk.go.id/id/berita/berita-sub/1601-jumlah-korupsi-meningkatdua-kali-lipat-pada-2013). 

Sepanjang tahun 2014 kasus korupsi yang di tangani kejaksaan tinggi (kejati) banten sebanyak 75 kasus korupsi (rabu 10 november 2014. Sepanjang Tahun      2014,       Kejati      Banten       Tangani      75 Kasus       Korupsi: http://sp.beritasatu.com/home/sepanjang-tahun-2014-kejati-banten-tangani-75kasus-korupsi/71398)

Baru – baru ini (pada tahun 2015) ada sejumlah kasus korupsi yang berhasil di tangani oleh komisi pemberantas korupsi (kpk) diantaranya adalah Dua Pejabat Jeneponto Terbukti Korupsi, Kejari Surabaya Bongkar Korupsi Prona di Kelurahan Penjaringan Sari, KPK Tahan Bupati Lombok Barat, Wali Kota dan Wakil di Bengkulu Ditetapkan Tersangka Korupsi, Korupsi UPS Polisi Pastikan Anggota DPRD Terlibat, Korupsi Simulator SIM, Brigjen Pol Didik Purnomo Dituntut 7 Tahun Penjara dan masih banyak lagi (rabu 18 maret 2015: http://www.infokorupsi.com/id/korupsi.php)

Penulis berpendapat bahwa mereka melakukan semua itu bukan karena terpaksa tapi karena keserakahannya, sehingga mereka lupa dengan tugas yang harus dilaksanakan yaitu sebagai pemimpin yang berjiwa pemimpin bukan pemimpin yang berjiwa penguasa. 

Dari kondisi yang berkembang saat ini, penulis terinspirasi untuk mengajukan sebuah gagasan yang berjudul LEADERSHIP ROLLING SYSTEM: SISTEM KETUA KELAS BERGILIR PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) UNTUK MENCETAK PEMIMPIN BANGSA DI MASA YANG AKAN DATANG. Gagasan ini bertujuan untuk mempersiapkan para generasi penerus bangsa sedini mungkin untuk dapat menjadi pemimpin yang baik dimasa yang akan datang. Mereka dilatih untuk dapat memimpin dan memikul tanggung jawab terhadap tugasnya. 

Gagasan ini dapat diterapkan pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), namun juga bisa diterapkan untuk semua jenjang pendidikan yang ada di Indonesia, mulai dari PAUD s/d Perguruan Tinggi. Penulis sangat yakin apabila gagasan ini diterapkan pada semua jenjang pendidikan terlebih-lebih dimulai pada jenjang yang paling bawah (pada PAUD) maka yang dihasilkan akan sesuai dengan harapan rakyat Indonesia, yaitu pemimpin yang bertanggung jawab.

Pemimpin yang bertanggung jawab adalah pemimpin yang cerdas (cerdas intelektual, cerdas emosional dan cerdas spiritual). Menurut Irmin & Rochim (2004: 02) pemimpin adalah orang yang memiliki 3 kecerdasan diantaranya adalah kecerdasan intelektual (IQ), kecedasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). sehingga apabila pemimpin memiliki 3 kecerdasan tersebut maka sudah dipastikan beliau akan bertanggung jawab dengan tugas yang sedang diembannya. 

II. Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya untuk memperbaiki.

Berdasarkan data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Indonesia pernah menyiapkan suatu konsep Kurikulum yang diberi nama Kurikulum 2013. Kurikulum ini dirancang untuk membentuk karakter para siswa. Namun, kurikulum 2013 ini dinilai oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan, belum layak untuk diterapkan diseluruh Indonesa karena kurikulum 2013 dinilai belum matang secara keseluruhan. Maka dari itu Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan, menghentikan penggunaan kurikulum 2013 di seluruh Indonesia, dan memutuskan untuk kembali menggunakan kurikulum 2006, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Menurut pendapat penulis sistem pendidikan di negara ini sudah baik namun kurang fokus untuk membentuk karakter siswa, kurikulum hanya menitik beratkan pada kecerdasan intelektual saja, namun kurang mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa. Jadi, di Indonesia ini, banyak orang yang pintar, namun selalu berusaha untuk mencuri dan membohongi para saudaranya yang kurang pintar dengan melakukan tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Penulis membuat suatu gagasan yang diberi nama “Leadership Rolling System“ artinya suatu konsep yang menerapkan sistem ketua kelas bergilir dalam suatu kelas. Dimana setiap siswa berkesempatan menjadi ketua kelas, paling tidak 1 minggu sekali ketua kelas diganti. Dengan pemilihan dilakukan berdasarkan niat dan antusiasme dari siswa. Ketika anak itu sudah menjadi ketua kelas, maka anak itu secara tidak langsung sudah di latih menjadi pemimpin. Anak itu secara tidak langsung diajari bagaimana bersikap tegas, bagaimana bertanggung jawab, bagaimana peduli terhadap teman-temannya, dilatih percaya diri, tidak pemalu dan lain-lain. Jadi harapannya keluaran yang dihasilkan nanti anak-anak bangsa ini siap menjadi pemimpin yang berjiwa pemimpin, cerdas intelektual, cerdas emosional dan cerdas spiritual.  

III. Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan gagasan dan uraian peran.

Beberapa pihak yang dapat membantu untuk mengimplementasikan gagasan ini adalah sebagai berikut:
  1. Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah
  2. Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi
  3. Dinas Pendidikan Provinsi
  4. Dinas Pendidikan Kabupaten
  5. Dinas Pendidikan Kecamatan
  6. Pendidik (Guru dan Dosen)
Suatu sistem pendidikan nasional terdiri dari beberapa komponen penyusun diantaranya: Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Pendidikan Kecamatan, Pendidik (Guru dan Dosen), peserta didik, sarana dan prasarana, pelajaran (kurikulum) dan lainlain. 

Komponen-komponen tersebut diharapkan bekerja secara sinergi, sehingga dapat mengimplementasikan gagasan yang penulis ajukan yang berjudul “LEADERSHIP ROLLING SYSTEM: SISTEM KETUA KELAS BERGILIR PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) UNTUK MENCETAK PEMIMPIN BANGSA DI MASA YANG AKAN DATANG”

IV. Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan
  1. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi membuat suatu peraturan yang menetapkan bahwa harus ada sistem ketua kelas bergilir dan dilakukan setiap 1 minggu sekali.
  2. Memberikan informasi kepada guru maupun lembaga pendidikan (sekolah) melalui penataran tentang penerapan sistem ketua kelas bergilir.
  3. Guru menginformasikan pada siswa (PAUD) bahwa ada pergantian ketua kelas bergilir setiap 1 minggu sekali.
  4. Guru menunjuk salah satu siswa untuk menjadi ketua kelas pertama.
  5. Guru membriefing setiap ketua kelas sebelum menjalankan tugasnya misalnya tentang tanggung jawab, percaya diri dan mampu berbicara di depan teman-temannya.
  6. Guru memantau kinerja ketua kelas setiap minggunya sebagai evaluasi. 
  7. Guru memberikan nasihat dan arahan kepada ketua kelas agar dapat menjadi pemimpin yang amanah. 


KESIMPULAN 

  1. Untuk merealisasikan gagasan yang berjudul “LEADERSHIP ROLLING SYSTEM: SISTEM KETUA KELAS BERGILIR PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) UNTUK MENCETAK PEMIMPIN BANGSA DI MASA YANG AKAN DATANG” dibutuhkan kerjasama dengan pemerintah melalui Kementrian Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, dinas pendidikan, sekolah dan guru.
  2. Dengan menerapkan gagasan yang berjudul “LEADERSHIP ROLLING SYSTEM: SISTEM KETUA KELAS BERGILIR PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) UNTUK MENCETAK PEMIMPIN BANGSA DI MASA YANG AKAN DATANG”. akan menumbuhkan jiwa kepemimpinan pada diri setiap siswa di Indonesia.
  3. Indonesia mempunyai harapan yang besar, akan memiliki calon pemimpin di masa depan yang berjiwa pemimpin (cerdas emosional, cerdas intelektual, dan cerdas spiritual) yang akan membawa Indonesia pada citacita bangsa yakni bangsa Indonesia yang berdaulat di bidang politik dan hukum, Indonesia yang sejahtera di bidang sosial, dan Indonesia yang berdikari di bidang ekonomi.


 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Irmim, Soejitno dan Rochim, Abdul. 2004. Pemimpin Yang Betul-Betul Terhormat. Malang: Bayumedia Publishing.

Kartono, Kartini. 1994. Pemimpin dan kepemimpinan: apakah pemimpin abnormal itu?. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Akronim. (2012). Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia. [Online]. Tersedia:      http://taqwimislamy.com/index.php/en/57-kurikulum/297sejarah-perkembangan-kurikulum-di-indonesia.html [5 februari 2015].

Akronim.     (2012).            Kecerdasan     intelektual       [Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_intelektual.html          (5         februari 2015).

Akronim.         (2015).            Berita Korupsi           Se-Indonesia. [Online]. http://www.infokorupsi.com/id/korupsi.php. (15 februari 2015).

Blackpepper. Memaknai Arti dari Kecerdasan Intelektual.  [Online]. Tersedia:

http://blackriopepper.blogspot.com/2013/10/memaknai-arti-darikecerdasan.html  [ 5 februari 2015].

Wibowo, Setiyo. Kecerdasan Intelektual dan spiritual . [Online]. Tersedia:

http://setiyo11.heck.in/kecerdasan-intelektual-spiritualdan-emos.xhtml [5 februari 2015].

Akronim.         (2015).            Berita Korupsi           Se-Indonesia. [Online]. http://www.infokorupsi.com/id/korupsi.php. (15 februari 2015).

Akronim. (2014). Jumlah Korupsi Meningkat Dua Kali Lipat pada 2013. [Online].      http://www.kpk.go.id/id/berita/berita-sub/1601-jumlahkorupsi-meningkat-dua-kali-lipat-pada-2013. [15 februari 2015].

Akronim. (2014). Sepanjang Tahun 2014, Kejati Banten Tangani 75 Kasus Korupsi. [Online]. http://sp.beritasatu.com/home/sepanjang-tahun-2014kejati-banten-tangani-75-kasus-korupsi/71398. [15 februari 2015].

 


Komentar