JENIS-JENIS VARIABEL PENELITIAN

SINOPSIS TENTANG VARIABEL

A.    Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 38). Lebih lanjut Tuckman (1988: 58) menjelaskan macam-macam variabel sebagai berikut.
a.    Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen merupakan variabel stimulus atau input, variabel yang merupakan faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan variabel tersebut dengan suatu fenomena yang diamati. Jika seorang peneliti ingin mempelajari hubungan antara dua variabel X dan Y, akan muncul pertanyaan di dalam dirinya yaitu “apakah yang akan terjadi pada Y jika saya membuat X lebih besar atau lebih kecil?” peneliti tersebut sedang memikirkan variabel X sebagai variabel independen. Variabel tersebut akan dimanipulasi oleh peneliti sehingga menjadi penyebab perubahan beberapa variabel yang lain.
b.   Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen merupakan variabel respon atau output, variabel yang merupakan sebuah aspek yang diamati untuk perilaku sebuah obyek penelitian yang telah diberikan stimulus. Variabel dependen merupakan faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan efek dari variabel independen. Efek tersebut dapat berupa faktor yang muncul, menghilang, atau faktor-faktor lain yang bervariasi bergantung pada apa yang telah peneliti lakukan pada variabel manipulasi. Variabel ini merupakan variabel yang akan berubah sebagai sebuah hasil dari perubahan variabel independen.
Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen
Hampir semua eksperimen, variabel independen adalah diskrit (berupa kategori) dan dapat berbentuk kehadiran versus ketidakhadiran dari sebuah pendekatan atau perlakuan tertentu  yang akan dipelajari atau sebuah perbandingan antara dua pendekatan yang berbeda. Variabel independen dapat disebut sebagai faktor, sedangkan variasi dari variabel tersebut disebut tingkatan atau level. Anda harus teiliti dan jangan membingungkan untuk sebuah variabel independen dengan dua level untuk dua variabel independen atau sebuah variabel independen dengan tiga level untuk tiga variabel independen dan seterusnya. Townsend (1953) menggunakan diagram untuk menggambarkan hubungan antara sebuah variabel independen diskrit dan sebuah variabel dependen seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.


Hipotesis: Jika VI1 diubah menjadi VI2, VD akan meningkat atau menurun

Gambar 1. Diagram hubungan antara variabel independen dan dependen

Beberapa contoh dari variabel independen dan variabel dependen adalah sebagai berikut.
a)             Hipotesis 1. Pada kondisi pemberian penguatan yang tidak terdefinisikan dengan jelas, anak-anak dari golongan menengah secara signifikan akan belajar lebih baik daripada anak-anak dari golongan bawah.
·      Variabel Independen        : golongan menengah versus golongan bawah
·      Variabel Dependen           : kesenangan atau kecepatan dalam pembelajaran
b)            Hipotesis 2. Pada kelompok usia sekolah dasar, anak-anak yang memiliki tinggi badan di atas rata-rata lebih sering terpilih sebagai ketua kelas dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki tinggi badan di bawah rata-rata.
·      Variabel Independen        : anak-anak yang memiliki tinggi badan di atas rata-rata versus anak-anak yang memiliki tinggi badan di bawah rata-rata
·      Variabel Dependen           : pemilihan ketua kelas

c.    Variabel Moderator
Variabel moderator dideskripsikan sebagai suatu jenis variabel independen khusus, sebuah variabel independen sekunder yang dipilih untuk dipelajari dan digunakan untuk menentukan apakah variabel tersebut mempengaruhi hubungan antara variabel independen utama dan variabel dependen. Variabel moderator dapat didefisinikan juga sebagai faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menemukan apakah variabel tersebut mengubah hubungan variabel independen untuk sebuah fenomena yang diamati. Jika peneliti tertarik untuk mempelajai efek dari variabel independen X terhadap variabel dependen Y tetapi peneliti mencurigai apakah hubungan antara X dan Y dipengaruhi oleh level faktor ketiga Z, maka Z dapat dianalisis sebagai variabel moderator.
Perhatikan ilustrasi berikut ini, peneliti ingin membandingkan efektivitas dari pendekatan visual (menggunakan gambar) dan pendekatan auditory (menggunakan pemutar suara) untuk mengajar materi ekologi. Lebih lanjut peneliti mencurigai bahwa salah satu metode mungkin lebih efektif untuk siswa yang belajar dengan gaya belajar auditory. Ketika seluruh siswa diuji secara bersama-sama untuk penilaian di akhir pembelajaran, hasil dari kedua pendekatan mungkin memiliki kesamaan, tetapi ketika pebelajar visual dipisahkan dari pebelajar audiotory, kedua pendekatan tersebut mungkin akan menghasilkan hasil yang berbeda pada setiap kelompok. Sehingga gaya belajar dipandang sebagai moderator hubungan antara pendekatan pembelajaran (variabel independen) dan efektivitas (variabel dependen). Hubugan moderator tersebut (biasanya diperoleh dari analisis varians atau analisis regresi) ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara pendekatan pembelajaran (variabel independen) dan penilaian (variabel dependen) sebagai moderator adalah gaya belajar siswa.

Beberapa contoh dari variabel moderator adalah sebagai berikut.
a)             Hipotesis 1. Peneliti laki-laki mendapatkan kinerja yang lebih efektif dari subjek penelitian laki-laki dan perempuan dibandingkan peneliti perempuan, tetapi peneliti perempuan sangat luar biasa mendapatkan kinerja yang efektif dari subjek penelitian laki-laki.
·      Variabel Independen        : jenis kelamin peneliti
·      Variabel Moderator           : jenis kelamin subjek penelitian
·      Variabel Dependen           : efektivitas kinerja subyek penelitian
b)            Hipotesis 2. Rata-rata indeks prestasi dan kecerdasan memiliki korelasi yang sangat tinggi untuk anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.
·      Variabel Independen        : rata-rata indeks prestasi atau kecerdasan, salah satunya dapat dipilih sebagai variabel independen sedangkan yang lain sebagai variabel dependen
·      Variabel Moderator           : jenis kelamin (anak laki-laki versus anak perempuan)

d.   Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel-variabel yang berpengaruh yang harus dinetralisir atau dikontrol. Variabel kontrol juga dapat didefinisikan sebagai faktor-faktor yang harus dikontrol oleh peneliti untuk menghindari pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan muncul pada fenomena yang diamati. Pengaruh dari variabel kontrol dikendalikan, sedangkan pengaruh dari variabel moderator dipelajari. Pada saat menyusun sebuah eksperimen, peneliti harus terlebih dahulu menentukan variabel mana yang harus dipelajari dan variabel mana yang harus dikontrol. Variabel kontrol tidak dituliskan secara spesifik dalam hipotesis.
Beberapa contoh dari variabel kontrol adalah sebagai berikut.
a)             Hipotesis 1. Pada kelompok anak laki-laki terdapat sebuah hubungan antara ukuran fisik dan kematangan sosial, tetapi untuk kelompok anak perempuan dengan usia yang sama tidak terdapat hubungan antara dua hal tersebut. Variabel Kontrol    : usia
b)            Hipotesis 2. Pada kondisi pemberian penguatan yang tidak terdefinisikan dengan jelas, anak-anak dari golongan menengah secara signifikan akan belajar lebih baik daripada anak-anak dari golongan bawah. Variabel Kontrol        : kondisi penguatan

e.    Variabel Intervening
Setiap variabel independen, moderator, dan kontrol dapat dimanipulasi oleh peneliti, dan setiap variasi perubahan dari variabel tersebut dapat diamati sebagai variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Apa yang berusaha ditemukan oleh peneliti dengan memanipulasi variabel-variabel konkrit terkadang tidak konkrit tetapi bersifat hipotesis, yang terdiri dari hipotesis yang mendasari atau variabel intervening dan sebuah variabel dependen. Variabel intervening adalah factor yang secara teoritis mempengaruhi fenomena yang diamati tetapi tidak diamati, diukur, atau dimanipulasi. Pengaruh dari variabel tersebut harus disimpulkan berdasarkan pengaruh variabel independen dan variabel moderator pada fenomena yang diamati. Pada saat menulis penelitian, seorang peneliti selalu tidak mengidentifikasi variabel intervening yang terdapat pada penelitian mereka dan sangat jarang sekali peneliti memberikan label pada variabel tersebut. Hal ini akan sangat membantu bagi peneliti apabila mereka melakukan hal tersebut.
Beberapa contoh dari variabel intervening adalah sebagai berikut.
a)             Hipotesis 1. Ketika perhatian terhadap tugas meningkat, maka tugas kinerja yang diukur juga meningkat. 
·      Variabel Independen        : perhatian terhadap tugas
·      Variabel Intervening         : pembelajaran
·      Variabel Dependen           : tugas kinerja
b)            Hipotesis 2. Guru yang memberikan lebih banyak umpan balik pengalaman yang positif akan mendapatkan respon positif yang lebih banyak dari siswa dibandingkan dengan guru yang hanya memberikan sedikit umpan balik pengalaman yang positif.
·           Variabel Independen      : jumlah umpan balik pengalaman yang positif dari guru
·           Variabel Intervening       : harga diri guru
·           Variabel Dependen         : respon positif siswa kepada guru

f.     Variabel Gabungan
Hubungan dari kelima jenis variabel ditunjukkan pada Gambar 3, variabel independen, moderator, dan kontrol merupakan input atau penyebab, lebih lanjut variabel independen dan moderator dipelajari sedangkan variabel kontrol dinetralisir atau dihilangkan. Pada ujung akhir yang lain, variabel dependen menunjukkan akibat dari variabel-variabel input, sedangkan variabel intervening secara konseptual merupakan variabel yang mempengaruhi variabel-variabel yang secara operasional menjadi penyebab dan variabel yang secara operasional menyatakan akibat.


Gambar 3. Variabel gabungan
Contoh dari variabel gabungan adalah sebagai berikut.
Sebuah penilitian yang mempelajari tentang empat metode pembelajaran dan pengaruh dari metode tersebut terhadap prestasi belajar dan perbedaan diantara jenis metode yang disukai oleh siswa. Hipotesis dinyatakan bahwa metode 1 dan 2, pembelajaran mandiri dan pembelajaran mandiri yang terprogram, menunjukkan kinerja yang lebih tinggi, memerlukan sedikit waktu, dan paling disukai oleh siswa diukur sebagai abstrak, sedangkan metode 3 adalah pembelajaran dan pelatihan yang terprogram, dan metode 4 merupakan pembelajaran tradisional, akan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik pada siswa yang diukur sebagai konkrit.
a)             Variabel Independen : pendekatan pembelajaran dengan empat tingkat yang dibandingkan.
b)            Variabel Moderator    : jenis kepribadian siswa dengan dua tingkat, termasuk konkrit dan abstrak
c)             Variabel Kontrol         : tidak disebutkan di dalam hipotesis, dapat berupa materi pelajaran yang diajarkan, jumlah siswa, usia siswa, jenis kelamin siswa, dan lain sebagainya. Keterampilan membaca merupakan variabel kontrol yang sangat penting.
d)            Variabel Intervening  : kemungkinan berkaitan dengan struktur dan aturan kelas yang disediakan untuk jenis pembelajaran yang berbeda dan yang sesuai dengan yang diinginkan siswa.
e)             Variabel dependen     : prestasi belajar siswa, waktu pembelajaran, dan kesukaan atau pilihan terhadap salah satu jenis pendekatan.

B.     Validitas Internal
Validitas internal menurut Fraenkel dan Wallen (2009: 166) adalah perbedaan sesuatu yang diamati dalam variabel terikat yang berhubungan langsung dengan variabel bebas dan tidak terjadi pada variabel-variabel yang lain. Ketika sebuah penelitian memiliki validitas internal, berarti seluruh hubungan yang diamati antara dua atau lebih variabel adalah tidak ambigu (Fraenkel dan Wallen, 2009: 180). Sedangkan ketika sebuah penelitian tidak memiliki validitas internal, satu atau lebih hipotesis altenatif akan muncul untuk menjelaskan hasil penelitian tersebut. Hipotesis alternatif tersebut digunakan oleh peneliti untuk menutupi kekurangan dari validitas internal (Fraenkel dan Wallen, 2009: 180). Lebih lanjut menurut Tuckman (1988: 96) agar sebuah eksperimen memiliki validitas internal, seorang peneliti harus menetapkan variabel kontrol dari eksperimen yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, sedangkan pada sebuah eksperimen yang tidak memiliki validitas internal, peneliti tidak mengetahui apakah perlakuan eksperimen atau faktor-faktor yang tidak dikontrol yang menghasilkan perbedaan hasil penelitian pada kelompok-kelompok yang diteliti.
Faktor-faktor yang mempengaruhi validitas internal adalah sebagai berikut.
a.        Pengalaman (history)
Pada penelitian pengalaman (history) digunakan untuk peristiwa yang terjadi pada lingkungan dalam waktu yang sama di mana variabel penelitian sudah diuji (Tuckman, 1988: 96). Lebih lanjut menurut Fraenkel dan Wallen (2009: 172) beberapa peristiwa yang tidak diantisipasi dan tidak direncakan terkadang terjadi selama pembelajaran yang dapat mempengaruhi respon subyek penelitian, kejadian tersebut di dalam penelitian pendidikan disebut sebagai pengalaman (history). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman (history) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi validitas internal yang disebabkan oleh kejadian-kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak direncanakan yang muncul selama proses penelitian dan mempengaruhi hasil penelitian. Contoh dari pengalaman (history) adalah nilai prestasi dari lima sekolah dasar di mana guru menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan lima sekolah dasar lain di mana guru tidak menggunakan pendekatan tersebut. Selama penelitian tersebut salah satu sekolah tidak menggunakan pembelajaran kooperatif karena bertentangan dengan prinsip sekolah (Fraenkel dan Wallen, 2009: 173). Contoh tersebut menunjukkan bahwa salah satu sekolah yang dijadikan sebagai subyek penelitian memiliki pengalaman (history) yang berbeda dengan sekolah lain yang tidak menggunakan pembelajaran kooperatif. Kelemahan validitas internal yang disebabkan oleh faktor pengalaman (history) dapat diatasi dengan menggunakan sebuah kelompok kontrol yang memiliki pengalaman (history) yang sama dengan kelompok eksperimen selama penelitian berlangsung. Jika kedua kelompok memiliki pengalaman (history) yang sama maka faktor pengalaman (history) dapat diabaikan (Tuckman, 1988: 96). Pada umumnya materi pembelajaran, kondisi, prosedur-prosedur yang digunakan dalam eksperimen, dan faktor-faktor lain pada variabel yang dimanipulasi harus identik untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang digunakan sebagai sudut penelitian.
b.       Pemilihan (selection)
Pada sebuah eksperimen yang bertujuan untuk membandingkan efek dari perlakuan yang berbeda pada kelompok individu yang berbeda, salah satu kelompok yang diberikan perlakuan kemungkinan lebih pandai, lebih menerima, lebih tua, dan lain sebagainya dibandingkan dengan kelompok lain yang tidak diberikan perlakuan (Tuckman, 1988: 97). Mengacu pada kelompok pertama efek perlakuan kemungkinan terjadi bukan karena kelompok tersebut lebih baik tetapi karena kelompok tersebut menerima perlakuan yang berbeda. Reaksi personal dan perilaku-perilaku individu dari sebuah grup dapat mempengaruhi hasil penelitian, dengan kata lain faktor orang dapat menimbulkan bias (Tuckman, 1988: 97). Penggunaan cara mengacak (random) di mana seluruh subyek penelitian dikelompokkan dan kemudian dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang memiliki probabilitas yang sama akan mengurangi masalah dari pemilihan (selection). Jika  peneliti tidak dapat mengendalikan bias pemilihan, hasil dari penelitiannya kemungkinan adalah sebuah fungsi dari perbedaan awal dari kedua grup daripada evaluasi perlakuan yang diberikan (Tuckman, 1988: 97).
c.         Kematangan (maturation)
Kematangan (maturation) menurut Tuckman (1988: 97) adalah proses perubahan yang terjadi pada seseorang yang berpartisipasi sebagai subyek di dalam penelitian. Penelitian yang membutuhkan waktu yang lama dipengaruhi proses yang tidak dikendalikan dan terjadi secara bersamaan seperti perkembangan subyek penelitian.Sedangkan menurut Fraenkel dan Wallen (2009: 173) perubahan yang terjadi selama sebuah perlakuan kemungkinan menjadi faktor yang berhubungan dengan berjalannya waktu dibandingkan dengan perlakuan itu sendiri, hal ini disebut sebagai kematangan (maturation). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kematangan (maturation) adalah faktor yang mempengaruhi validitas internal yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada seseorang yang lebih disebabkan berjalannya waktu daripada perlakuan yang diberikan. Salah satu contoh dari kematangan (history) adalah seorang peneliti menguji sebuah kelompok siswa yang terdaftar pada sebuah kelas khusus untuk siswa yang memiliki potensi artistik setiap tahun selama 6 tahun, di mulai ketika siswa berusia 5 tahun. Peneliti tersebut menemukan bahwa kemampuan menggambar siswa berkembang setiap tahun (Fraenkel dan Wallen, 2009: 173).
d.       Pengujian (testing)
Pengujian (testing) menurut Tuckman (1988: 98) merupakan efek dari sebuah uji awal yang diikuti dengan uji akhir kinerja individu. Lebih lanjut Fraenkel dan Wallen (2009: 171) menyatakan bahwa peningkatan yang disebabkan oleh hasil uji awal disebut sebagai pengujian (testing). Efek dari uji awal kemungkinan meningkatkan kinerja seseorang untuk melakukan yang lebih baik ketika uji akhir, khususnya ketika uji akhir identik dengan uji awal (Tuckman, 1988: 98). Lebih lanjut hasil uji akhir bukan merupakan ukuran dari efek perlakuan eksperimen tetapi kemungkinan merupakan gambaran dari peningkatan pengalaman setelah uji awal (Tuckman, 1988: 98). Pada sebagian besar desain eksperimen tradisional masalah pengujian dapat dihindari dengan tidak menggunakan uji awal. Sehingga dapat disimpulkan pengujian (testing) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi validitas internal yang disebabkan oleh efek penggunaan uji awal di mana sebagian besar subyek penelitian meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi uji akhir. Contoh pengujian (testing) adalah seorang peneliti menggunakan seperangkat soal yang sama untuk mengukur perubahan kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal cerita matematika. Tes awal diberikan di awal pembelajaran sedangkan tes akhir diberikan di akhir pembelajaran. Jika terjadi peningkatan skor, hal tesebut kemungkinan lebih disebabkan oleh kepekaan siswa terhadap hasil yang diperoleh pada saat uji awal dan efek pembelajaran dibandingkan peningkatan kemampuan memecahkan masalah (Fraenkel dan Wallen, 2009: 172).
e.        Instrumentasi (Instrumentation)
Tuckman (1988: 98) menjelaskan bahwa instrumentasi (instrumentation) merupakan  perubahan yang terjadi di dalam pengukuran atau prosedur pengamatan selama sebuah penelitian dilakukan, prosedur tersebut termasuk tes, instrumen pengukuran mekanis, pengamat atau penilai. Lebih lanjut instrumen pengukuran mekanis akan mengalami sebuah perubahan selama penelitian, perubahan tersebut tidak dapat disamakan dengan perubahan yang terjadi pada pengamat atau penilai yang mengubah cara mengumpulkan dan mencatat data sebagai hasil penelitian (Tuckman, 1988: 98). Selain itu kemungkinan pengamat, penilai, atau pewawancara menyadari tujuan dari penelitian yang dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja akan meningkatkan usaha untuk mendapatkan data yang dapat mendukung hipotesis yang sudah ditentukan. Untuk mengatasi hal tersebut instrumen pengukuran yang digunakan di dalam penelitian serta pengamat harus selalu konstan sepanjang waktu seperti kelompok kontrol (Tuckman, 1988: 99). Lebih lanjut Fraenkel dan Wallen (2009: 169) menjelaskan bahwa instrumentasi dapat menyebabkan masalah jika sifat dasar dari instrumen (termasuk prosedur penilaian) diubah dengan beberapa cara atau bentuk yang lain, hal ini yang disebut dengan kerusakan instrumen. Lebih lanjut cara untuk mengendalikan hal tersebut adalah mengatur jadwal pengumpulan data dan atau penilaian untuk memperkecil perubahan pada instrumen atau prosedur penilaian (Fraenkel dan Wallen, 2009: 170). Salah satu contoh dari kerusakan instrumen yaitu seorang professor menilai 100 makalah ujian akhir yang ditulis tangan selama lebih dari lima jam tanpa beristirahat. Setiap makalah terdiri dari 10 hingga 12 lembar. Dia menilai makalah setiap kelas secara bergiliran dan selanjutnya membandingkan hasilnya. Penilaian akan menjadi berbeda dikarenakan penilai (dalam hal ini profesor) mengalami kelelahan sehingga terjadi perubahan penilaian. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa intrumentasi (instrumentation) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi validitas internal yang disebabkan karena perubahan instrumen atau penilai.
f.         Kehilangan Subyek Penelitian (Mortality)
Pada semua studi yang menginginkan untuk mendapatkan data uji akhir dari seluruh subyek penelitian yang terlibat di dalam penelitian akan mengalami kesulitan dikarenakan terdapat subyek penelitian yang memilih untuk tidak mengikuti kegiatan penelitian. Jika selisih antara subyek yang memilih untuk tetap mengikuti kegiatan penelitian dan yang memilih meninggalkan penelitian sangat besar akan menghasilkan bias uji akhir (Tuckman, 1988: 99). Bias tersebut juga terjadi ketika sebuah studi memiliki lebih dari satu kondisi dan subyek penelitian berkurang dengan jumlah yang berbeda pada kondisi yang berbeda (Tuckman, 1988: 99). Untuk menghindari masalah yang dihasilkan oleh kehilangan subyek penelitian, biasanya dipilih kelompok yang layak dalam jumlah besar, mengambil langkah untuk memastikan tanggung jawab dari setiap subyek penelitian, dan berusaha untuk mengikuti sebagian subyek yang meninggalkan kegiatan penelitian atau yang pada awalnya tidak tersedia (Tuckman, 1988: 100). Lebih lanjut Fraenkel dan Wallen (2009: 168) menyatakan bahwa pada penelitian yang membandingkan kelompok, kehilangan subyek penelitian tidak akan menjadi sebuah masalah jika kehilangan tersebut terjadi pada kedua kelompok, tetapi jika perbedaan subyek penelitian yang meninggalkan kelompok cukup besar, hal tersebut kemungkinan membutuhkan sebuah penjelasan alternatif untuk hasil yang diperoleh. Lebih lanjut Fraenkel dan Wallen (2009: 168) menyatakan bahwa usaha lain untuk mengurangi masalah kehilangan subyek penelitian adalah dengan menyediakan bukti bahwa subyek penelitian yang hilang memiliki karakteristik yang sama dengan subyek yang ada, karateristik tersebut diantaranya adalah umur, jenis kelamin, suku, skor uji awal, atau variabel-variabel lain yang berhubungan dengan hasil penelitian. Salah satu contoh dari kehilangan subyek penelitian yaitu seorang guru memutuskan untuk mengajar bahasa Inggris dengan cara yang berbeda pada dua kelas yang berbeda. Pada kelas pertama, sebagian besar waktu digunakan untuk menulis sebuah analisis tentang permainan sedangkan kelas kedua menggunakan sebagian besar waktunya untuk melakukan dan mendiskusikan permainan yang sama. Pada pertengahan semester, beberapa siswa di kelas kedua meminta ijin untuk mengikuti kejuaraan sekolah sehingga mereka dikatakan meninggalkan kegiatan penelitian atau hilang. Jika siswa-siswa tersebut adalah siswa yang pandai, maka kehilangan mereka akan menurunkan kinerja dari kelas kedua. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kehilangan subyek penelitian (mortality) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi validitas internal yang disebabkan oleh subyek penelitian yang meninggalkan kegiatan penelitan dalam jumlah yang cukup besar.
g.        Regresi Statistik (Statistical Regression)
Ketika sebuah kelompok dipilih berdasarkan skor puncak dari variabel tertentu akan menimbulkan masalah yang berkaitan dengan regresi statistik (statistical regression). Sebagai contoh sekelompok siswa diberikan tes IQ dan hanya tiga siswa teratas dan tiga siswa terbawah yang dipilih untuk digunakan sebagai subyek penelitian, sedangkan siswa yang berada di peringkat tengah diabaikan. Hal tersebut akan cenderung pada seluruh pengukuran uji akhir untuk skor siswa yang memiliki nilai IQ yang tinggi akan turun ke arah nilai rata-rata sedangkan siswa yang memiliki nilai IQ yang rendah akan naik ke arah rata-rata (Tuckman, 1988: 99). Sehingga perbedaan diantara kedua kelompok tersebut pada hasil uji akhir bukan disebabkan karena perlakuan yang diberikan tetapi lebih cenderung dipengaruhi oleh perubahan skor (Tuckman, 1988: 99). Masalah tersebut dapat dihindari dengan cara tidak memilih subyek yang memiliki skor uji awal yang ekstrim tetapi yang memiliki nilai rata-rata. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa regresi statistik adalah salah satu factor yang mempengaruhi validitas internal yang disebabkan karena subyek penlitian yang dipilih memiliki skor yang ekstrim sangat tinggi atau sangat rendah.
h.       Harapan (expetacy)
Sebuah perlakuan kemungkinan akan menjadi lebih efektif dibandingkan dengan sebuah pengontrol atau sebuah pembanding yang cenderung lebih disebabkan oleh peneliti atau subyek penelitian berpilaku sedemikian rupa (Tuckman, 1988: 99). Hal ini terjadi ketika seorang peneliti berada pada posisi untuk mempengaruhi hasil penelitian, walaupun tanpa disadari, peneliti kemungkinan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja dari salah satu grup sehingga mengubah hasil penelitian. Sedangkan dari segi subyek penelitian, setiap subyek memiliki harapan terhadap hasil atau yang sering disebut dengan karakteristik permintaan, sehingga membuat subyek penelitian akan meningkatkan kinerjanya. Hal ini terjadi pada subyek yang diberikan perlakuan (Tuckman, 1988: 101). Sehingga dapat disimpulkan bahwa efek harapan berasal dari luar penelitian dibandingkan dari dalam penelitian dan dapat mempengaruhi kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa harapan (expetacy) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi validitas internal yang berasal dari keinginan peneliti atau subyek penelitian.

  
DAFTAR PUSTAKA

Fraenkel, R.J, & Wallen, N.C. 2009. How to Design and Evaluate Research in Education. London: Mc. Graw Hill, inc.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tuckman, Bruce W. 1988. Conducting Educational Research. Orlando: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.


Komentar


  1. Terimakasih.. tulisannya sangat bermanfaat..
    My blog

    BalasHapus
  2. Olah Data SPSS, AMOS, LISREL
    EVIEWS, SMARTPLS, GRETL, STATA, MINITAB dan DEAP 2.1
    WhatsApp : +6285227746673
    IG : @olahdatasemarang

    BalasHapus

Posting Komentar

silahkan berikan komentar