1) Pengertian
Autokorelasi
Menurut Alhusin (2003:215) autokorelasi
adalah pengujian terhadap residu 1e1 dari suatu regresi linier. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t – 1 atau sebelumnya. Misalnya dalam
dunia pendidikan kita akan meneliti “pengaruh motivasi terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran dasar dan pengukuran listrik”. katakanlah skor
motivasi siswa pada minggu pertama memperangaruhi skor motivasi siswa pada
minggu ke lima. Berarti terdapat autokorelasi.
Contoh lainnya lagi kita akan meneliti “pengaruh berorganisasi terhadap
hasil belajar”. Katakanlah skor
berorganisasi siswa pada minggu pertama tidak mempengaruhi skor organisasi
minggu kelima. Berarti tidak terjadi autokorelasi.
Contoh lainnya lagi kita akan meneliti “pengaruh kurs dollar terhadap pengeluaran keluarga pada tahun 2016”.
Katakanlah kurs dollar pada tahun
2015 mempengaruhi kurs dollar pada
tahun 2016. Berarti ada autokorelasi.
Alat yang digunakan untuk mendeteksi
adanya autokorelasi adalah menggunakan Durbin-Watson. Model regresi yang bagus
adalah tidak terjadi korelasi. Pengambilan keputusan menurut Alhusin
(2003:216) adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson dan membandingkannya
dengan tabel DW.
a.
Jika
nilai DW < dL atau DW > (4-dL) maka disimpulkan ada autokorelasi.
b.
Jika
nilai dU < DW < (4-dU) maka disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
c.
Jika
nilai dL < DW < Du atau (4-dL) < DW < (4-dU) maka disimpulkan tidak
ada kesimpulan.
2) Menguji
Autokorelasi
Pada kesempatan ini saya menyediakan skor
minat belajar 1, skor minat belajar 2 dan skor hasil belajar siswa pada mata
pelajaran dasar dan pengukuran listrik. Ceritanya saya meneliti pengaruh minat
2 terhadap hasil belajar. Jadi saya ingin mengetahui apakah terjadi autokorelasi pengaruh minat 1 dan minat
2 terhadap hasil belajar.
Tabel
1
No.
|
Skor skor minat 1
|
Skor skor minat 2
|
HB
|
1
|
16
|
64
|
76
|
2
|
48
|
84
|
96
|
3
|
20
|
68
|
80
|
4
|
32
|
72
|
80
|
5
|
40
|
84
|
88
|
6
|
28
|
72
|
84
|
7
|
24
|
68
|
80
|
8
|
36
|
80
|
88
|
9
|
36
|
80
|
88
|
10
|
44
|
84
|
96
|
11
|
32
|
72
|
84
|
12
|
16
|
68
|
80
|
13
|
24
|
72
|
88
|
14
|
40
|
80
|
88
|
15
|
36
|
84
|
96
|
a. Hipotesis
H0 : Tidak terjadi autokorelasi
H1 : Terjadi autokorelasi
b. Mengoperasikan
SPSS
Buka aplikasi SPSS yang antum miliki, sehingga
muncul tampilan seperti pada gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Tampilan awal SPSS
Klik variable view yang ada di pojok kiri bawah dari spss, sehingga akan
muncul seperti gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Variable view yang belum diisi
Buatlah lapak dengan ketentuan seperti
di bawah ini:
Ø Name: Isi dengan nama variable anda
(terserah mau diberi nama apa aja biasanya dalam bentuk singkatan), dalam hal
ini baris 1 saya isi dengan SMS, baris 2 saya isi dengan SMD, dan baris 3 saya
isi dengan HB.
Ø Type:
Pilih Numeric
Ø Width:
Isi dengan angka 8
Ø Decimal:
Pada bagian ini pilih 0
Ø Label:
Isi dengan kepanjangan dari name di atas. Dalam hal ini baris 1 saya
isi “Skor Minat Satu”, baris 2 saya isi “Skor Minat Dua” dan baris 3 saya isi
“Hasil Belajar”
Ø Value:
Pilih none
Ø Missing:
Pilih none
Ø Columns:
Isi dengan angka 8
Ø Align:
pilih right (terserah user)
Ø Measure:
Pilih scale
Gambar 3. Tampilan
varible view yang sudah di isi
Kalau sudah selesai klik data view (sebelahnya variable view Masukkan data SMS, SMD dan HB diatas
kedalam spss dengan di ketik atau copas.
Gambar 4. Tampilan data view yang sudah
diisi data
Klik menu analyze- pilih regression– pilih
linier
Gambar 5. Langkah-langkah pengoperasian
Autokorelasi
Akan muncul kotak dialog seperti di
bawah ini
Gambar 6. Kotak dialog linier regression
Masukkan variable Skor Motivasi Satu
(SMS) dan Skor Motivasi Dua (SMD) ke kolom indedependet
sementara variabel Hasil Belajar
(HB) ke kolom dependent, kemudian pilih
enter pada bagian Method, kemudian
klik statistics.
Gambar 7 kotak dialog linier regression
Setelah mengeklik statistics akan muncul kotak dialog linier regression statistic. Pilih covariance matrix dan colinierity
diagnostics. Klik continue
Gambar 8. Kotak dialog linier regression: statistics
Klik ok
Output nya
Gambar 9. Output
c. Menentukan
nilai dL dan dU
Sebelum
mengambil kepusan terkait dengan ada tidaknya korelasi dari minat sebelumnya
(minat 1) terhadap minat 2 adalah menentukan nilai dL dan dU. Caranya adalah
sebagai beriku.
? Siapkan tabel DW, seperti gambar
dibawah ini.
Dari penunjukan gambar tabel tersebut
terdapat n, dL, dU, dan k
N = banyak sampel; k = banyak variable
bebas;
Kalau sudah mengetahui nilai N dan K
nya maka nilai dL dan dU pun juga dapat diketahui.
Pada percobaan ini nilai N = 15 dan K =
2, sehingga diperoleh nilai dL=0,946 dan dU = 1,543
d. Kesimpulan
Bersasarkan
hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai penunjukan WD 2,005. Karena nilai DW lebih
besar dari nilai 1,543 (dU) dan lebih kecil dari 2,457 (4-dU) maka dapat
disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alhusin, Syahri. 2003. Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS.10 for Windows. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT Grasindo.
Irianto, Agus. 2006. Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Basuki, Ismet. 2005. Analisis Regresi. PPT tidak dipublikasikan. Surabaya: Unesa.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Haryanto. 2010. Pengertian Belajar Menurut Ahli. http:// belajarpsikologi. com/pengertian-belajar-menurut-ahli/. diakses 25 Desember 2014.
Haryanto. 2010. Pengertian Minat Belajar. http://belajarpsikologi.com/ pengertian-minat/. diakses 25 Desember 2014.
Raharjo, Sahid. 2014. Uji Multikolinieritas. http://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-multikolonieritas-dengan melihat.html . diakses 25 Desember 2014.
Aritonang, Keke T. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal pendidikan penabur. (10), 11-21.
Riadi, Muchlisin. 2012. Pengertian Minat Belajar. http://www. kajianpustaka. com/2012/10/minat-belajar.html. diakses 25 Desember 2014.
Usman, Uzer. (2003). Menjadi guru profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Setiawan, Nasrul. 2012. Teori Analisis Deskriptif. http:// statistikceria. blogspot. com/ 2012/01/teori-analisis-deskriptif.html. diakses 25 Desember 2014.
Komentar
Posting Komentar
silahkan berikan komentar